Selasa, 06 Januari 2015

ANALSISI GAYA BAHASA DALAM CERPEN MENUNGGU LAYANG-LAYANG KARYA DEWI LESTARI - AZALEA AYU DEWINTA FITRIANI (1403313)

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM CERPEN
MENUNGGU LAYANG-LAYANG KARYA DEWI LESTARI

Azalea Ayu Dewinta Fitriani (1403313)
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
Universitas Pendidikan Indonesia


Abstrak: Analisis gaya bahasa dalam cerpen Menunggu Layang-Layang karya Dewi Lestari menghasilkan simpulan: 1) Gaya bahasa perbandingan yang seluruhnya berjumlah 44 buah, yang terdiri dari  hiperbola 16 buah,  personifikasi 12 buah, simile 6 buah, simbolik 7 buah, sinestesia 2 buah, dan antonomasia 1 buah. 2) Gaya bahasa sindiran yang seluruhnya berjumlah 5 buah, yang terdiri dari ironi 4 buah dan sarkasme 1 buah. 3) Gaya bahasa penegasan yang seluruhnya berjumlah 12 buah, yang terdiri dari repetisi 6 buah, klimaks 3 buah, aliterasi 1 buah, antiklimaks 1 buah, dan koreksio 1 buah.

Kata kunci: analisis, gaya bahasa, cerpen.

Pendahuluan
Manusia menggunakan bahasa sebagai media komunikasi dengan manusia lainnya. Sehingga terjadilah interaksi di antara manusia untuk menyampaikan pesan masing-masing. Bahasa adalah salah satu bagian penting dalam sebuah karya sastra. Bahasa jika disusun dengan terampil, menggunakan pilihan kata yang bagus, memiliki makna yang mendalam, dengan semua aspek itu maka akan terlahir sebuah karya sastra yang indah, salah satunya adalah cerita pendek. Dari keindahan itulah hadir gaya bahasa. Seseorang yang bergelut dalam sastra pasti mempunyai gaya bahasa atau ciri khas-nya tersendiri dalam membuat karya-karyanya. Gaya bahasa merupakan aspek seni dalam karya sastra. Gaya bahasa adalah cara-cara tertentu yang digunakan seorang pengarang untuk menuturkan apa yang ada di dalam pikiran dan perasaannya, bagaimana seorang pengarang menuangkan ekspresinya. Dengan gaya bahasalah, seorang pengarang berharap pesan yang dikirimkannya akan sampai kepada pembaca.
Gaya bahasa setiap pengarang itu berbeda-beda dan gaya bahasa akan sangat mempengaruhi karya-karya yang ditulisnya. Watak atau karakter seorang penulis karya sastra juga sangat mempengaruhi karyanya. Gaya bahasa seorang penulis dan bagaimana cara penyampaiannya merupakan salah satu bagian yang menarik dalam sebuah karya sastra. Karya sastra yang tidak memiliki gaya bahasa rasanya seperti ada sesuatu yang kurang, ada sesuatu yang ‘hilang’.


Cerpen dan Gaya Bahasa
Cerita pendek atau cerpen adalah prosa naratif fiktif yang menceritakan salah satu masalah kehidupan tokohnya, sehingga hanya memiliki alur tunggal.  Cerpen biasanya akan langsung mengarah ke topik utama cerita karena memang alur ceritanya hanya satu dan langsung tamat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Edgar Allan Poe, Jassin (1961:72) bahwa cerpen adalah ‘sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Sebuah cerpen merupakan prosa fiksi dengan jumlah kata berkisar antara 750-10.000 kata’.
Cerpen, salah satu karya sastra ini berkaitan erat dengan gaya bahasa (majas).  Biasanya majas digunakan oleh para pengarang untuk mewakili perasaan dan pikirannya. Menurut KBBI, gaya bahasa atau majas dapat didefinisikan sebagai cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain. Selain itu gaya bahasa atau majas dapat diartikan sebagai pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.

Pada dasarnya gaya bahasa atau majas dibagi menjadi empat, yaitu:
1.      Majas Perbandingan
Majas yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan membandingkannya dengan sesuatu yang lain. Majas perbandingan terbagi lagi menjadi beberapa bagian:


·         Alegori
·         Alusio
·         Simile
·         Sinestesia
·         Aptronim
·         Antonomasia
·         Asosiasi
·         Eufimisme
·         Disfemisme
·         Fabel
·         Parabel
·         Hiperbola
·         Litotes
·         Metonomia
·         Hipokorisme
·         Metafora
·         Sinekdot Pars Pro Toto
·         Sinekdot Totem Pro Parte
·         Personifikasi
·         Depersonifikasi
·         Perifrasa
·         Eponim
·         Simbolik
·         Asosiai
·         Antopomorfisme



2.      Majas Pertentangan
Kata-kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan yang dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau penulis dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan dan pengaruhnya kepada para pembaca.
·         Paradoks
·         Oksimoron
·         Antitesis
·         Kontradiksi interminus
·         Anakronisme

3.      Majas Penegasan


·         Apofasis
·         Pleonasme
·         Repetisi
·         Pararima
·         Aliterasi
·         Paralelisme
·         Tautologi
·         Sigmatisme
·         Antanaklasis
·         Klimaks
·         Antiklimaks
·         Inversi
·         Retoris
·         Elipsis
·         Koreksio
·         Polisindenton
·         Asindeton
·         Interupsi
·         Eksklamasio
·         Enumerasio
·         Preterito
·         Alonim
·         Kolokasi
·         Silepsis
·         Zeugma



4.      Majas Sindiran
·         Ironi
·         Sarkasme
·         Sinisme
·         Satire
·         Innuendo


Biografi Pengarang
Dewi Lestari atau yang lebih akrab dipanggil oleh para penggemarnya dengan ‘Dee’ adalah seorang penulis juga seorang penyanyi. Dee sudah mulai menulis semenjak masih berstatus sebagai siswi SMA 2 Bandung. Saat itu Dee mulai menulis cerpen-cerpen lalu ia mengirimnya ke berbagai media, Dee juga kerap mengisi buletin sekolah dengan karya-karyanya. Supernova: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh adalah ledakan terbesarnya dalam bidang menulis, novel yang diterbitkan di tahun 2001 itu membuatnya dikenal sebagai seorang novelis.
Sebelumnya, Dewi Lestari lebih dikenal banyak orang sebagai seorang penyanyi. Lalu ia bergabung dalam sebuah trio bernama Rita Sita Dewi bersama Rida Farida dan Indah Sita Nursanti. Karena di dalam keluarganya, Dee kecil sudah akrab dengan musik berkat ayahnya. Begitu juga dengan adiknya yang bernama Arina, yang kini menjadi vokalis sebuah band indie ‘Mocca’.
Selain novel Supernova, Dee juga meluncurkan novel Perahu Kertas yang juga mengundang banyak perhatian pembaca hingga akhirnya novel itu dibuat dalam versi filmnya. Dee juga menulis banyak cerpen seperti, Kumpulan Prosa: Filosofi Kopi dan Madre: Kumpulan Cerita. Di mana cerpen Menunggu Layang-Layang termasuk dalam Madre: Kumpulan Cerita.
  

Hasil dan Pembahasan
Setiap karya Dee memiliki gaya bahasa(majas) yang selalu menunjukkan ciri khas-nya dalam menulis. Para pembaca akan di bawa untuk membaca atau merasakan cerita dengan sudut pandangnya yang selalu menarik dan unik. Dapat dikatakan gaya bahasa seorang Dee selalu beda dari penulis yang lain. Dee memiliki mantra atau sihir tersendiri dalam setiap karya-karyanya yang juga dirasakan oleh pembaca. Dee selalu berhasil menyampaikan ide-idenya sehingga pembaca mendapat pesan yang ingin disampaikannya, lewat setiap karyanya.
Salah satunya yang menarik adalah cerpen Menunggu Layang-Layang yang termasuk dalam Kumpulan Cerita: Madre. Isinya sederhana, tentang cinta, perdebatan seseorang yang mencari cinta dengan seseorang yang menunggu cinta. Gaya bahasa(majas) yang terdapat dalam cerpen Menunggu Layang-Layang karya Dewi Lestari antara lain, Hiperbola, Personifikasi, Simile, Simbolik, Sinestesia, Antonomasia, Ironi, Sarkasme, Repetisi, Aliterasi, Klimaks, Antiklimaks, dan Koreksio.
  
Hiperbola
Hiperbola merupakan pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
(1) Apapun badai yang dihadapinya, Starla selalu kembali dengan utuh tanpa goresan.
(2) Rutinitasku terguncang. Guncangan yang menyenangkan.
(3) Semua mata tersedot ke arah pintu.
(4) .....mata mereka beradu, aku menyadari sesuatu. Musibah besar akan terjadi.
(5) Ternyata dialah yang sedang dirubung api.
(6) Ia melenggang seolah ia sendirian di muka Bumi.
(7) Kupandangi butir-butir nasi berkilau itu.
(8) Gumpalan brownies di tenggorokanku rasanya seperti tumbuh duri.
(9) Dan sorot matanya lebih memukau daripada matahari pukul lima-empat-lima.
(10) Ucapan Starla seperti palu yang jatuh dari langit dan mendarat tepat di ubun-ubun.
(11) Matahari di bola mata itu padam seketika.
(12) ......kali pertamanya diriku terasa robek menjadi dua.
(13) “tapi, aku sekarat tanpa kamu.”
(14) Rasanya seperti menarik napas untuk kali pertama.
(15) Persendianku seperti mau lepas.
(16) Namun matahari justru kembali terbit di bola matanya yang kini berbinar cantik.

Personifikasi
Personifikasi merupakan gaya bahasa yang memberikan sifat-sifat manusia pada benda mati seolah-seolah dapat bergerak dan berbuat sesuau layaknya manusia.
(1) Saat itu matahari benar-benar misterius.
(2) .....matahari sedang misterius-misteriusnya.
(3) Satu-satunya kartu yang menyambutmu dengan tawa lebar.
(4) Starla berganti pacar sama gampangnya dengan ganti kaus kaki.
(5) Pantas matahari sudah ganas.
(6) Setibanya di apartemen, semilir aroma cokelat menyergap penciumanku.
(7) “Ovenmu terlalu mengilap, terpaksa deh kuperawanin.”
(8) Pandangannya dibuang ke jendela.
(9) Berbinar, seolah bola matanya telah mencuri matahari.
(10) .....aku memesan bangku bioskop sembari memeluk popcorn dan teh kotak, teman-teman setia yang bahkan kubeli duluan sebelum membeli tiket.
(11) Pagi yang menyisakan sejumput malam sekaligus menjanjikan siang.
(12) Pikiranku melayang entah ke mana saat menonton film.

Simile
Majas Simile ini mengandung perbandingan yang bersifat eksplisit, yang dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit adalah langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya.
(1) Hubunganku dengan Starla ibarat ritual minum jamu pahit yang ditutup dengan segelas mungil air gula.
(2) Rako memang datang ke alamat yang tepat. Bagai cenayang yang mendapatkan penampakan di bola kristal, aku melihat jelas drama di balik ini semua.
(3) Perempuan tangguh ini mendadak bagai kucing kecil yang baru tercebur ke kolam.
(4) Malam itu apartemenku remang seperti bilik spa.
(5) Tapi mulutku seperti dikunci.
(6) Rasanya seperti menarik napas untuk kali pertama.
Simbolik
Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda, binatang, atau tumbuhan sebagai simbol atau lambang.
(1) Biar nanti kujadikan fermentasi anggur kupas ini kambing hitam yang merusak persahabatanku dengannya.
(2) Lembut seperti boneka panda.
(3) Anggap aja kamu ikan lele. Bisa berkembang biak di septic tank.
(4)  “Aku kangen tempat sampahku.”
(5) ......menghampiri Starla yang masih meringkuk seperti anak kucing, tenggelam dalam piyamaku yang kebesaran, bergulung dalam selimut yang naik sampai leher.
(6) Aku tidak mau jadi layang-layang!
(7) “Aku satu-satunya tempat sampahmu selama ini.”

Sinestesia
Sinestesia merupakan suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
(1) Namun wajah cantik itu malah terlihat melunak.
(2) Suara Starla menyapaku lembut.

Antonomasia
Antonomasia adalah sebuah majas perbandingan yang menyebutkan sesuatu bukan dengan nama asli dari benda tersebut, melainkan dari salah satu sifat benda tersebut.Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
(1) Antara si bodoh yang ingin membiarkan Starla pergi, dan si bodoh satunya lagi.....

Ironi
Ironi merupakan sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Atau bisa disebut dengan sindiran halus.
(1) Merdu tapi mengganggu.
(2) Enak didengar, tapi selalu berbuntut kurang enak.
(3) “Ternyata, di balik kecanggihanmu, mimpimu superstandar. Tampilannya aja milenium, isinya Maemunah.”
(4)  Otakmu sekarang pasti udah nggak jelas kayak lukisan abstrak. Tinggal dibingkai terus dipajang di ruang tamu salah satu rumah tropis modern rancanganmu itu.

Sarkasme
Sarkasme merupakan suatu ungkapan yang dimaksudkan untuk menyindir, atau menyinggung seseorang atau sesuatu. Sarkasme dapat berupa penghinaan yang mengekspresikan rasa kesal dan marah dengan menggunakan kata-kata kasar. Majas ini dapat melukai perasaan seseorang.
(1) “Masih lebih bagus daripada manusia nggak punya mimpi kayak kamu.”

Repetisi
Repetisi merupakan perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
(1) Senang berada di mobil sebelum waktunya. Senang berada di mobil sebelum jadwal orang bubar kantor.
(2) Kamu takut sama spontanitas. Kamu takut lepas kendali.
(3) “Ada yang gentleman, ada yang tahu-tahu nangis semalam suntuk, ada yang ngambek terus banting-banting barang.”
(4) “Starla Cuma hidup di hari ini. Nggak di hari kemarin, dan nggak juga di hari esok.”
(5) “Mulai sekarang, nggak ada lagi nge-burn CD. Nggak ada lagi cerita layang-layang.”
(6) Sebagaimana hari kemarin, dan kemarinnya lagi, dan entah berapa banyak kemarin yang telah lewat,”

Aliterasi
Aliterasi merupakan pengulangan konsonan pada awal kata secara berurutan.
(1) ......ingin mengejarnya, memeluknya, membawanya pulang, membuatkannya kunci duplikat, memboyongnya pindah ke tempatku selama-lamanya....

Klimaks
Klimaks merupakan gaya bahasa untuk menuturkan satu gagasan atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana meningkat ke yang lebih kompleks.
(1) “Apa salahnya saling suka, jatuh cinta, mencoba-coba?”
(2) “Yang buat siang, sore, malam?”
(3) Pulang kantor, bergerak lamban dalam arus macet Jakarta, sampai di apartemenku yang sepi, mandi, menonton televisi, baca buku, lalu tertidur.

Antiklimaks
Antiklimaks adalah gaya bahasa untuk menuturkan satu gagasan atau hal dari yang penting atau kompleks menurun kepada yang sederhana.
(1) “Belum apa-apa udah ngomongin kawinlah, tunanganlah, padahal gue belum siap ke arah sana.”

Koreksio
Koreksio merupakan gaya bahasa yang pada mulanya menegaskan sesuatu yang dianggap kurang tepat kemudian diperbaiki.
(1) Tapi Rako tidak mau dengar. Tidak pernah ada yang mau.
  


Kesimpulan
            Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen Menunggu Layang-Layang karya Dewi Lestari, dapat diketahui bahwa keseluruhan gaya bahasa berjumlah 61 buah. Gaya bahasa yang digunakan yaitu, 1) Gaya bahasa perbandingan perbandingan yang seluruhnya berjumlah 44 buah, yang terdiri dari  hiperbola 16 buah,  personifikasi 12 buah, simile 6 buah, simbolik 7 buah, sinestesia 2 buah, dan antonomasia 1 buah. 2) Gaya bahasa sindiran yang seluruhnya berjumlah 5 buah, yang terdiri dari ironi 4 buah dan sarkasme 1 buah. 3) Gaya bahasa penegasan yang seluruhnya berjumlah 12 buah, yang terdiri dari repetisi 6 buah, klimaks 3 buah, aliterasi 1 buah, antiklimaks 1 buah, dan koreksio 1 buah.
            Dapat di tarik simpulan bahwa gaya bahasa yang paling banyak digunakan di dalam cerpen Menunggu Layang-Layang karya Dewi Lestari adalah gaya bahasa perbandingan yang berjumlah 44 buah. Dengan ditemukannya jumlah yang banyak penggunaan gaya bahasa, ini membuktikan bahwa seorang Dewi Lestari mampu membuat karya-karyanya menjadi lebih indah dan hidup.



Daftar Pustaka

Astri Aprillia. (2012). Macam-Macam Gaya Bahasa. Dalam http://astriaprillia.blogspot.com
            /2012/08/macam-macam-gaya-bahasa.html diakses pada 4 Januari 2015.

Gorys, Keraf. (1988). Diksi dan Gaya Bahasa (Cetakan Ke-5). Jakarta: Gramedia Pustaka.

Hadi Prayitno. (2011). Jenis Majas. Dalam  http://bastindo.blogspot.com/2011/01/jenis-     majas.html diakses pada tanggal 30 Desember 2014.

Iguh Prasetyo. (2014). Gaya Bahasa. Dalam http://iguhprasetyo.wordpress.com/materi/gaya-        bahasa/.html diakses pada tanggal 1 Januari 2015.

Lestari, Dewi. (2011). Madre: Kumpulan Cerita. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Poerwadarminta, W.J.S. (1984). Bahasa Indonesia Untuk Karang Mengarang. Yogyakarta:
            U.P. Indonesia.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2007). Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.Yogyakarta: Tera.

Satoto, Soediro. (2012). Stilistika. Yogyakarta: Ombak.

Setyana, dkk. (1999). Buku Pintar Bahasa dan Sastra Indonesia. Semarang: Aneka Ilmu.

Siti Mahsunah. (2013). Penggunaan Bahasa dalam Sastra. Dalam http://siti-mahsunah-            fib12.web.unair.ac.id/.html diakses pada tanggal 1 Januari 2015.

Zee. (2013). Jenis-jenis Majas dan Contohnya (Bahasa Indonesia). Dalam http://ziizanuraz.
blogspot.com/2013/02/jenis-jenis-majas-dan-contohnya-bahasa.html diakses pada
3 Januari 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar