EFEK PEMBELAJARAN BAHASA ASING
TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI
Ely
Muliawati (1403921)
Bahasa
dan Sastra Inggris, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
Universitas
Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Banyak hal yang melatarbelakangi
tindakan orang tua mengajarkan anak mereka bahasa di usia dini. Mulai dari bersuamikan
atau beristrikan orang asing, mendadak harus tinggal di luar negeri, atau
sekadar ingin agar anak mengenal bahasa asing sejak dini. Menurut beberapa penelitian yang
dilakukan para ahli, anak usia dini memang lebih cepat menyerap bahasa asing. Waktu
ideal untuk mengajarkan bahasa baru pada anak ini adalah sejak mereka lahir
hingga usia 3 tahun, dimana pikirannya masih terbuka dan fleksibel. Namun usia
4 hingga 7 tahun juga menjadi waktu terbaik untuk mengajarkan bahasa kedua
untuk anak, karena mereka masih memproses beberapa bahasa dalam satu jalur.
Menurut para pakar pendidikan, efek yang ditimbulkan dari pembelajaran bahasa
asing di usia dini dapat menimbulkan banyak keuntungan dari segi perkembangan
kognitif. Salah satunya menjadikan sang anak lebih pandai menganalisis,
fleksibel, dan kreatif. Di sisi lain, mereka juga akan mengalami kesulitan
dalam menentukan keputusan bahasa. Namun,
selama semuanya seimbang dan menyenangkan, tidak memaksa, dan tidak membebani
mereka, pembelajaran bahasa asing di usia dini adalah hal yang tepat untuk
diterapkan.
Kata
kunci : Bahasa
asing, anak usia dini, efek, kognitif.
PENDAHULUAN
Ilmu yang pertama kali seorang
anak sejak kita lahir adalah bahasa. Mulai dari momen ketika sang anak hanya
bisa mendengar orang tua mereka menyalurkan kasih sayang lewat bahasa, kemudian
sang anak meniru apa yang mereka bicarakan, hingga memahami maksud dari setiap
kata yang terucap. Itulah peran bahasa, sebagai elemen vital dalam
berkomunikasi. Bahasa merupakan media penyalur pesan agar sampai dan dapat
dimengerti dari satu individu ke individu lain. Namun, bagaimana jika bahasa
yang diajarkan dalam satu masa pada sang anak lebih dari satu?
Semua hal berjalan ke arah global
dan bahasa adalah salah satu pintu masuknya. Menguasai satu bahasa saja tidak
cukup, karena ruang lingkup kita untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan
orang lain telah semakin meluas. Tidak hanya melewati batas daerah, melainkan
sudah melampaui batas negara. Dalam kondisi seperti ini, bahasa asing—terutama
bahasa internasional—sangat dianjurkan untuk ditekuni. Dewasa ini, banyak
keluarga muda yang kini membesarkan anak dengan dua bahasa atau lebih.
Alasannya sangat beragam. Ada yang karena bersuamikan atau beristrikan orang
asing, mendadak harus tinggal di luar negeri, atau sekadar ingin agar anak
mengenal bahasa asing sejak dini. Ini merupakan hal positif, karena mengajarkan
bahasa baru pada anak sejak dini lebih menguntungkan, karena anak-anak lebih
mudah menyerap bahasa baru tanpa upaya keras. Namun, tentu saja ada efek lain
yang harus dipertimbangkan oleh para orang tua, terutama efek terhadap
perkembangan kognitif anak agar hal yang dilakukan dapat bermanfaat.
Waktu
yang Tepat Untuk Mempelajari Bahasa Asing
Belajar bahasa merupakan
proses alamiah seorang anak. Dalam milestones perkembangan
seorang bayi mulai mengeluarkan 700 jenis bunyi atau babbling (mengoceh) pada usia 6 bulan. Ia dapat menyerap hingga
2000 kosakata dari lingkungannya saat usia 4 tahun (Kotulak, 1996).
Setiap anak yang sehat terlahir
dengan 100 milyar sel otak, dan masing-masing sel dapat membuat 20.000 koneksi.
Seberapa banyak sel membuat koneksi tergantung pada stimulasi lingkungannya
(Diamond, 1988; Ornstein, 1984, 1986). 50% kemampuan belajar akan terbentuk
dalam usia satu tahun pertama dan 30 persen selanjutnya terbentuk sampai
sekitar usia 8 tahun. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dalam tahun-tahun
pertama kehidupan seorang anak akan membentuk jaras belajar (learning pathways) yang penting di
dalam otak (Bloom, 1964). Antara usia empat dan delapan bulan, otak menetapkan
sebuah neuron untuk setiap suara dalam bahasa ibu seorang anak. Neuron-neuron
ini disambungkan dan diperkuat seiring mulainya seorang anak menghubungkan
suara dan pembicaraan. Jika bahasa yang didengar lebih dari satu, otak juga
akan menetapkan neuron-neuron bagi bahasa kedua itu. Sejumlah peneliti
menyarankan untuk mengajari anak—terutama sejak lahir sampai 6 tahun—50 kata
bahasa asing. Hal ini memungkinkan otak menetapkan neuron-neuron bagi
suara-suara bahasa itu. tampaknya, daya tangkap otak bagi bahasa tetap aktif
hingga kira-kira usia 10 tahun. Seperti yang dikatakan oleh Barbara
Zurer Pearson, penulis buku Raising a Bilingual Child, bahwa, “Belajar
bahasa kedua itu lebih mudah untuk anak-anak di bawah 10 tahun, dan lebih mudah
lagi untuk anak balita, dibandingkan dengan orang dewasa yang butuh upaya lebih
besar untuk memelajarinya,”
Waktu
ideal untuk mengajarkan bahasa baru pada anak ini adalah sejak mereka lahir
hingga usia 3 tahun. Rentang usia ini bertepatan dengan masa ketika anak memang
belajar berbicara, dimana pikirannya masih terbuka dan fleksibel. Namun usia 4
hingga 7 tahun juga menjadi waktu terbaik untuk mengajarkan bahasa kedua untuk
anak, karena mereka masih memproses beberapa bahasa dalam satu jalur. Artinya,
mereka membangun sistem bahasa kedua bersamaan dengan yang pertama, dan belajar
kedua bahasa tersebut seperti penduduk aslinya.
Anak
di atas 7 tahun sebenarnya belum terlalu terlambat untuk belajar bahasa kedua.
Sebab, waktu ideal ketiga untuk memelajari bahasa kedua adalah sekitar usia 8
hingga masa pubertas. Menurut penelitian, setelah memasuki pubertas, bahasa-bahasa
baru akan disimpan dalam area yang terpisah di dalam otak. Sebagai hasilnya,
anak harus menerjemahkan lebih dulu bahasa tersebut, atau menggunakan bahasa
pertamanya sebagai jalur menuju bahasa baru.
Hasilnya, anak akan mampu
berbicara dalam bahasa asing tanpa dialek atau aksen, dan tanpa harus
menerjemahkan secara mental dari satu bahasa ke bahasa lain. Setelah usia 10
tahun, seorang anak masih bisa mempelajari bahasa asing. Namun tugas itu akan
menjadi semakin sulit dan kesempatan berbicara dalam bahasa asing tanpa aksen,
dialek, atau terjemahan mental menjadi kecil.
Keuntungan
dan Kerugian Mempelajari Bahasa Asing Terhadap Perkembangan Kognitif Anak
Menurut para pakar pendidikan
keuntungan anak yang mempelajari bahasa asing sebagai berikut:
-
Banyak
mengerti struktur dari dua bahasa atau lebih yang memudahkan mereka melakukan
komunikasi (Diaz,1985; Matlin,1994:322).
-
Lebih
waspada menetapkan pengertian yang dapat berubah dalam kedua bahasa tersebut
(Bialystok 1987,1988;Hakuta,1886 dalam Matlin,1994:322).
-
Lebih
peka dalam beberapa aspek pragmatis dari dua bahasa tersebut (Genesee,et.
Al.,1975 dalam Matlin,1994:322).
-
Cenderung
fleksibel dan kreatif serta menunjukan kelebihan pada tes kecerdasan nonverbal
yang membutuhkan pengaturan ulang dari petunjuk yang dapat dilihat dan pada
tugas dalam konsep yang membutuhkan fleksibilitas mental (Matlin,1994:322).
-
Memperlihatkan
orientasi analisis yang lebih baik daripada anak yang monolingual
(Cummins,1978, Ben-Zeev,1977).
-
Menggunakan
hermenutik (prompt) dalam menafsirkan kalimat-kalimat yang mengandung
makna ganda (ambiguity) lebih baik daripada anak yang monolingual
(Cummins & Mulchahy,1978).
Kerugian anak yang mempelajari bahasa asing di usia dini
adalah mereka memerlukan energi lebih banyak untuk menghaluskan pengucapan dan
biasanya mereka agak lambat dalam membuat keputusan tentang bahasa, meskipun
hal ini tidak menghalangi komunikasi. Namun dapat disimpulkan bahwa kerugian
anak yang bilingual jauh lebih sedikit daripada keuntungan dengan menguasai lebih
dari satu bahasa seperti pendapat Taylor & Taylor(1990:340):
“Bilinguals
may experience a slight disadvantage in language processing speed over
monolinguals, but this advantage is far outweighed by the advantages of being
able to function in two languages”.
SIMPULAN
DAN SARAN
-
Waktu ideal untuk mengajarkan bahasa
baru pada anak ini adalah sejak mereka lahir hingga usia 3 tahun di saat anak
memang belajar berbicara, dimana pikirannya masih terbuka dan fleksibel.
-
Usia 4 hingga 7 tahun juga menjadi waktu
terbaik untuk mengajarkan bahasa kedua untuk anak, karena mereka masih
memproses beberapa bahasa dalam satu jalur.
-
Setelah memasuki pubertas,
bahasa-bahasa baru akan disimpan dalam area yang terpisah di dalam otak.
-
Keuntungan mempelajari bahasa asing
terhadap kognitif anak antara lain :
memudahkan mereka dalam berkomunikasi, menjadi lebih fleksibel dan
kreatif, memiliki kemampuan analisis yang lebih tinggi, memiliki sikap yang
lebih waspada dan lebih peka, dan lebih mudah menafsirkan kalimat-kalimat yang
mengandung makna ganda.
-
Kerugian mempelajari bahasa asing
terhadap kognitif anak yaitu dapat membuat sang anak bingung dalam mengambil
keputusan tentang bahasa, meski tidak menghalangi jalannya komunikasi.
Efek yang
ditimbulkan dari pembelajaran bahasa asing mayoritas berjalan ke arah yang
positif, jadi tidak ada salahnya mengajari anak hal tersebut sejak dini. Selama
semuanya seimbang dan menyenangkan, tidak memaksa, dan tidak membebani mereka,
tidak ada salahnya untuk diterapkan. Setiap orang tua tentu menginginkan buah
hatinya tumbuh menjadi pribadi yang cerdas. Mengajarkan bahasa asing adalah
salah satu cara tepat untuk memulainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Diamond, M. 1988. Enriching
Heredity. New York: Macmillan.
Harmandini, Felicitas. 2011. “Anak Lebih Cepat
Menyerap Bahasa Asing?”. [Online].
Tersedia : http://female.kompas.com/read/2011/09/02/16413030/Anak.Lebih.Cepat.
Menyerap.Bahasa.Asing. [4 Januari
2015].
Jensen, E. 1994. The Learning Brain. San Diego: Turning
Point For Teacher.
Ninawati, Mimin.
(2012). “Kajian Dampak Bilingual
Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan. 324, (29), 23-27.
Ornstein, R. 1984. The Amazing
Brain. Boston : Houghton Milton.
Sari, Eka. 2012. “Perlukah
Belajar Bahasa Asing Secara Dini Pada Anak?”. [Online]. Tersedia:
http://dokteranakku.net/articles/2012/12/perlukah-belajar-bahasa-asing-secara-dini-pada-anak.html.
[4 Januari 2015].
Schiller, Pam. 1999. 20 Tips Start Smart! Memompa Kecerdasan
Sejak Dini. Jakarta: Erlangga For Kids.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar