Selasa, 06 Januari 2015

EFEK PEMBELAJARAN BAHASA ASING TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI - ELY MULIAWATI (1403921)

EFEK PEMBELAJARAN BAHASA ASING
TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI
Ely Muliawati (1403921)
Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK
Banyak hal yang melatarbelakangi tindakan orang tua mengajarkan anak mereka bahasa di usia dini. Mulai dari bersuamikan atau beristrikan orang asing, mendadak harus tinggal di luar negeri, atau sekadar ingin agar anak mengenal bahasa asing sejak dini. Menurut beberapa penelitian yang dilakukan para ahli, anak usia dini memang lebih cepat menyerap bahasa asing. Waktu ideal untuk mengajarkan bahasa baru pada anak ini adalah sejak mereka lahir hingga usia 3 tahun, dimana pikirannya masih terbuka dan fleksibel. Namun usia 4 hingga 7 tahun juga menjadi waktu terbaik untuk mengajarkan bahasa kedua untuk anak, karena mereka masih memproses beberapa bahasa dalam satu jalur. Menurut para pakar pendidikan, efek yang ditimbulkan dari pembelajaran bahasa asing di usia dini dapat menimbulkan banyak keuntungan dari segi perkembangan kognitif. Salah satunya menjadikan sang anak lebih pandai menganalisis, fleksibel, dan kreatif. Di sisi lain, mereka juga akan mengalami kesulitan dalam menentukan keputusan bahasa. Namun, selama semuanya seimbang dan menyenangkan, tidak memaksa, dan tidak membebani mereka, pembelajaran bahasa asing di usia dini adalah hal yang tepat untuk diterapkan.

Kata kunci : Bahasa asing, anak usia dini, efek, kognitif.

PENDAHULUAN
Ilmu yang pertama kali seorang anak sejak kita lahir adalah bahasa. Mulai dari momen ketika sang anak hanya bisa mendengar orang tua mereka menyalurkan kasih sayang lewat bahasa, kemudian sang anak meniru apa yang mereka bicarakan, hingga memahami maksud dari setiap kata yang terucap. Itulah peran bahasa, sebagai elemen vital dalam berkomunikasi. Bahasa merupakan media penyalur pesan agar sampai dan dapat dimengerti dari satu individu ke individu lain. Namun, bagaimana jika bahasa yang diajarkan dalam satu masa pada sang anak lebih dari satu?
Semua hal berjalan ke arah global dan bahasa adalah salah satu pintu masuknya. Menguasai satu bahasa saja tidak cukup, karena ruang lingkup kita untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain telah semakin meluas. Tidak hanya melewati batas daerah, melainkan sudah melampaui batas negara. Dalam kondisi seperti ini, bahasa asing—terutama bahasa internasional—sangat dianjurkan untuk ditekuni. Dewasa ini, banyak keluarga muda yang kini membesarkan anak dengan dua bahasa atau lebih. Alasannya sangat beragam. Ada yang karena bersuamikan atau beristrikan orang asing, mendadak harus tinggal di luar negeri, atau sekadar ingin agar anak mengenal bahasa asing sejak dini. Ini merupakan hal positif, karena mengajarkan bahasa baru pada anak sejak dini lebih menguntungkan, karena anak-anak lebih mudah menyerap bahasa baru tanpa upaya keras. Namun, tentu saja ada efek lain yang harus dipertimbangkan oleh para orang tua, terutama efek terhadap perkembangan kognitif anak agar hal yang dilakukan dapat bermanfaat.

Waktu yang Tepat Untuk Mempelajari Bahasa Asing
Belajar bahasa merupakan proses alamiah seorang anak. Dalam milestones perkembangan seorang bayi mulai mengeluarkan 700 jenis bunyi atau babbling (mengoceh) pada usia 6 bulan. Ia dapat menyerap hingga 2000 kosakata dari lingkungannya saat usia 4 tahun (Kotulak, 1996).
Setiap anak yang sehat terlahir dengan 100 milyar sel otak, dan masing-masing sel dapat membuat 20.000 koneksi. Seberapa banyak sel membuat koneksi tergantung pada stimulasi lingkungannya (Diamond, 1988; Ornstein, 1984, 1986). 50% kemampuan belajar akan terbentuk dalam usia satu tahun pertama dan 30 persen selanjutnya terbentuk sampai sekitar usia 8 tahun. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dalam tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak akan membentuk jaras belajar (learning pathways) yang penting di dalam otak (Bloom, 1964). Antara usia empat dan delapan bulan, otak menetapkan sebuah neuron untuk setiap suara dalam bahasa ibu seorang anak. Neuron-neuron ini disambungkan dan diperkuat seiring mulainya seorang anak menghubungkan suara dan pembicaraan. Jika bahasa yang didengar lebih dari satu, otak juga akan menetapkan neuron-neuron bagi bahasa kedua itu. Sejumlah peneliti menyarankan untuk mengajari anak—terutama sejak lahir sampai 6 tahun—50 kata bahasa asing. Hal ini memungkinkan otak menetapkan neuron-neuron bagi suara-suara bahasa itu. tampaknya, daya tangkap otak bagi bahasa tetap aktif hingga kira-kira usia 10 tahun. Seperti yang dikatakan oleh Barbara Zurer Pearson, penulis buku Raising a Bilingual Child, bahwa, “Belajar bahasa kedua itu lebih mudah untuk anak-anak di bawah 10 tahun, dan lebih mudah lagi untuk anak balita, dibandingkan dengan orang dewasa yang butuh upaya lebih besar untuk memelajarinya,”
Waktu ideal untuk mengajarkan bahasa baru pada anak ini adalah sejak mereka lahir hingga usia 3 tahun. Rentang usia ini bertepatan dengan masa ketika anak memang belajar berbicara, dimana pikirannya masih terbuka dan fleksibel. Namun usia 4 hingga 7 tahun juga menjadi waktu terbaik untuk mengajarkan bahasa kedua untuk anak, karena mereka masih memproses beberapa bahasa dalam satu jalur. Artinya, mereka membangun sistem bahasa kedua bersamaan dengan yang pertama, dan belajar kedua bahasa tersebut seperti penduduk aslinya.
Anak di atas 7 tahun sebenarnya belum terlalu terlambat untuk belajar bahasa kedua. Sebab, waktu ideal ketiga untuk memelajari bahasa kedua adalah sekitar usia 8 hingga masa pubertas. Menurut penelitian, setelah memasuki pubertas, bahasa-bahasa baru akan disimpan dalam area yang terpisah di dalam otak. Sebagai hasilnya, anak harus menerjemahkan lebih dulu bahasa tersebut, atau menggunakan bahasa pertamanya sebagai jalur menuju bahasa baru.
Hasilnya, anak akan mampu berbicara dalam bahasa asing tanpa dialek atau aksen, dan tanpa harus menerjemahkan secara mental dari satu bahasa ke bahasa lain. Setelah usia 10 tahun, seorang anak masih bisa mempelajari bahasa asing. Namun tugas itu akan menjadi semakin sulit dan kesempatan berbicara dalam bahasa asing tanpa aksen, dialek, atau terjemahan mental menjadi kecil.

Keuntungan dan Kerugian Mempelajari Bahasa Asing Terhadap Perkembangan Kognitif Anak
Menurut para pakar pendidikan keuntungan anak yang mempelajari bahasa asing sebagai berikut:
-          Banyak mengerti struktur dari dua bahasa atau lebih yang memudahkan mereka melakukan komunikasi (Diaz,1985; Matlin,1994:322).
-          Lebih waspada menetapkan pengertian yang dapat berubah dalam kedua bahasa tersebut (Bialystok 1987,1988;Hakuta,1886 dalam Matlin,1994:322).
-          Lebih peka dalam beberapa aspek pragmatis dari dua bahasa tersebut (Genesee,et. Al.,1975 dalam Matlin,1994:322).
-          Cenderung fleksibel dan kreatif serta menunjukan kelebihan pada tes kecerdasan nonverbal yang membutuhkan pengaturan ulang dari petunjuk yang dapat dilihat dan pada tugas dalam konsep yang membutuhkan fleksibilitas mental (Matlin,1994:322).
-          Memperlihatkan orientasi analisis yang lebih baik daripada anak yang monolingual (Cummins,1978, Ben-Zeev,1977).
-          Menggunakan hermenutik (prompt) dalam menafsirkan kalimat-kalimat yang mengandung makna ganda (ambiguity) lebih baik daripada anak yang monolingual (Cummins & Mulchahy,1978).
Kerugian anak yang mempelajari bahasa asing di usia dini adalah mereka memerlukan energi lebih banyak untuk menghaluskan pengucapan dan biasanya mereka agak lambat dalam membuat keputusan tentang bahasa, meskipun hal ini tidak menghalangi komunikasi. Namun dapat disimpulkan bahwa kerugian anak yang bilingual jauh lebih sedikit daripada keuntungan dengan menguasai lebih dari satu bahasa seperti pendapat Taylor & Taylor(1990:340):
Bilinguals may experience a slight disadvantage in language processing speed over monolinguals, but this advantage is far outweighed by the advantages of being able to function in two languages”.

SIMPULAN DAN SARAN
-          Waktu ideal untuk mengajarkan bahasa baru pada anak ini adalah sejak mereka lahir hingga usia 3 tahun di saat anak memang belajar berbicara, dimana pikirannya masih terbuka dan fleksibel.
-          Usia 4 hingga 7 tahun juga menjadi waktu terbaik untuk mengajarkan bahasa kedua untuk anak, karena mereka masih memproses beberapa bahasa dalam satu jalur.
-          Setelah memasuki pubertas, bahasa-bahasa baru akan disimpan dalam area yang terpisah di dalam otak.
-          Keuntungan mempelajari bahasa asing terhadap kognitif anak antara lain :  memudahkan mereka dalam berkomunikasi, menjadi lebih fleksibel dan kreatif, memiliki kemampuan analisis yang lebih tinggi, memiliki sikap yang lebih waspada dan lebih peka, dan lebih mudah menafsirkan kalimat-kalimat yang mengandung makna ganda.
-          Kerugian mempelajari bahasa asing terhadap kognitif anak yaitu dapat membuat sang anak bingung dalam mengambil keputusan tentang bahasa, meski tidak menghalangi jalannya komunikasi.
Efek yang ditimbulkan dari pembelajaran bahasa asing mayoritas berjalan ke arah yang positif, jadi tidak ada salahnya mengajari anak hal tersebut sejak dini. Selama semuanya seimbang dan menyenangkan, tidak memaksa, dan tidak membebani mereka, tidak ada salahnya untuk diterapkan. Setiap orang tua tentu menginginkan buah hatinya tumbuh menjadi pribadi yang cerdas. Mengajarkan bahasa asing adalah salah satu cara tepat untuk memulainya.

DAFTAR PUSTAKA
Diamond, M. 1988. Enriching Heredity. New York: Macmillan.
Harmandini, Felicitas. 2011. “Anak Lebih Cepat Menyerap Bahasa Asing?”. [Online]. Tersedia : http://female.kompas.com/read/2011/09/02/16413030/Anak.Lebih.Cepat.
Menyerap.Bahasa.Asing. [4 Januari 2015].
Jensen, E. 1994. The Learning Brain. San Diego: Turning Point For Teacher.
Ninawati, Mimin. (2012). “Kajian Dampak Bilingual Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan. 324, (29), 23-27.
Ornstein, R. 1984. The Amazing Brain. Boston : Houghton Milton.
Sari, Eka. 2012. “Perlukah Belajar Bahasa Asing Secara Dini Pada Anak?”. [Online]. Tersedia: http://dokteranakku.net/articles/2012/12/perlukah-belajar-bahasa-asing-secara-dini-pada-anak.html. [4 Januari 2015].

Schiller, Pam. 1999. 20 Tips Start Smart! Memompa Kecerdasan Sejak Dini. Jakarta: Erlangga For Kids.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar