PENGARUH BAHASA YANG
DITERAPKAN ORANGTUA TERHADAP ANAKNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
JURNAL
Disusun untuk memenuhi
tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Dewi
Rani Gustiasari, S.S., M.Hum
![]() |
Oleh:
Maria
Reny Andriyani Seja (1403612)
PROGRAM
STUDI BAHASA DAN SASTRA INGGRIS
FAKULTAS
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014
PENGARUH BAHASA YANG
DITERAPKAN ORANGTUA TERHADAP ANAKNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Maria
Reny Andriyani Seja
Abstrak.
Bahasa merupakan suatu bentuk alat komunikasi manusia yang berupa lambang bunyi
melalui alat ucap, dimana setiap suara yang dikeluarkannya memiliki arti. Sejak
manusia dilahirkan sesungguhnya ia sudah bisa mendengar bahasa yang terucap
disekitarnya. Terutama yang diucapkan oleh orangtuanya. Bahasa tersebut sangat
berperan penting dalam tumbuh kembang sang anak karena orangtualah sosok
pertama yang ditiru. Bahasa juga yang membentuk kepribadian seseorang.
Pendahuluan
Dalam menjalani
kehidupan sehari-hari ada banyak faktor yang harus diperhatikan oleh manusia.
Antara lain kebutuhan jasmani dan rohani. Ada satu hal yang juga berperan
sangat penting, yaitu bahasa. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, artinya
makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu mencari cara untuk
berinteraksi dengan sesama karena pada dasarnya rasa membutuhkan itu akan
muncul.
Saat berinteraksi dengan sesama
tentunya kita berkomunikasi. Alat komunikasi yang biasa kita gunakan dinamakan
bahasa. Bahasa menyampaikan apa maksud dan tujuan kita. Kepribadian seseorang
terpancar dari bahasa dan pemilihan kata yang diucapkannya.
Kemampuan
berbahasa pada anak berkembang seiring dengan terjadinya kematangan dari
organ-organ bicaranya. Perkembangan bahasa pada anak belum sempurna pada awal
masa bayi. Akan tetapi seiring dengan perkembangan anak, kemampuan berbahasa
anak juga terus berkembang. Anak tidak terlepas bantuan dari orang lain dalam
mengembangkan bahasanya, orang yang pertama bertanggung jawab adalah orangtua.
Karena orangtualah yang sangat signifikan dalam mendidik anak. Apa yang
diperoleh dari orangtua akan menjadi pengalaman awal anak yang dapat
mempengaruhi kepribadian anak selanjutnya.
Komunikasi Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial
pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai
manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga yang
sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota
keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan.
Keluarga sebagai kelompok primer
yang paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki
dan perempuan, untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga dalam
bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak-anak. Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga,
yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota
lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai
yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Keluarga merupakan lingkungan terkecil
dan terdekat bagi individu, melalui keluarga seseorang mulai belajar,
bersosialisasi, membentuk karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah
ditanamkan padanya melalui suatu pola tertentu. Suasana kekeluargaan dan
kelancaran berkomunikasi antara anggota
keluarga
dapat tercapai apabila setiap anggota keluarga menyadari dan
menjalankan
tugas dan kewajiban masing-masing sambil menikmati haknya
sebagai
anggota keluarga.
Agar komunikasi dan hubungan timbal
balik dapat terpelihara dengan
baik,
maka hubungan timbal balik dalam keluarga harus menggambarkan kaitan
yang
sangat kuat sebagai berikut:
a.
Hubungan suami-istri berdasarkan cinta kasih.
b.
Hubungan orangtua dengan anak didasarkan kasih-sayang.
c.
Hubungan orangtua dengan anak remaja berdasarkan kasih sabar.
d.
Hubungan antara anak didasarkan atas kasih sesama.
e.
Komunikasi dalam keluarga akan memberikan rasa aman dan
bahagia
bila berlandaskan kasih sayang.
Pola Asuh yang Diterapkan Orangtua
Keluarga
adalah lingkungan sosila pertama yang ditemui anak ketika anak diizinkan untuk
melihat dan menikmati dunia. Pertemuan dengan ibu, ayah, dan lingkungan dalam
keluarga itu sendiri menjadi subjek sosial yang nantinya akan membentuk dasar
anak dengan orang lain. Hubungan anak dengan keluarga merupakan hubungan yang
pertama yang ditemui anak. Hubungan anak dengan orangtua dan anggota keluarga
lainnya dapat dianggap sebagai suatu sistem yang saling berinteraksi.
Sistem-sistem tersebut berpengaruh pada anak baik secara langsung maupun tidak,
melalui sikap dan cara pengasuhan anak pada orangtua.
Banyak yang dipelajari anak dalam
keluarga, terutama hubungannya dengan orangtua. Kasih sayang dan cinta kasih
yang anak kembangkan dalam hubungan sosialnya, erat kaitannya dengan apa yang
diterima dan dirasakan dalam keluarganya. Ketika anak merasa disayangi, ia
belajar pula untuk berbagi kasih sayang dengan temannya. Sebaliknya jika
pengasuhan yang anak terima selalu menyalahkan dirinya, anak akan belajar mengembangkan
perilaku yang sama ketika ia betmain dengan teman-temannya.
Setiap orangtua selalu menginginkan
yang terbaik dari yang terbaik bagi anak-anak mereka. Perasaan ini kemudian
mendorong orangtua untuk memiliki perilaku tertentu dalam mengasuh anak-anak
mereka. Perilaku mengasuh dan mendidik anak sudah menjadi pola yang sadar tidak
sadar keluar begitu saja ketika menjadi orangtua. Oleh beberapa peneliti,
perilaku-perilaku ini kemudian diteliti dan muncullah beberapa teori untuk
menyimpulkan pola-pola pengasuhan yang berkembang. Berikut empat tipe pola asuh
yang dikembangkan pertama kali oleh Diana Baumrind (1967):
1. Pola
asuh demokratis, pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi
tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orangtua dengan pola asuh ini bersikap
rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran.
Orangtua tipe ini juga bersikap realistis. Terhadap kemampuan anak. Tidak
berharap berlebihan yang melampaui kemampuan anaknya. Selain itu, mereka
memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan.
Pendekatan kepada anak bersifat hangat.
2. Pola
asuh otoriter, pola asuh yang cenderung menetapkan standar yang mutlak harus
dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau
makan, maka akan diajak bicara. Orangtua tipe ini juga cenderung memaksa,
memerintah, dan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan
oleh orangtua, maka mereka tidak segan menghukum anak. Orangtua tidak mengenal
kompromi. Dalam komunikasi, biasanya bersifat satu arah. Karena orangtua tidak
memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai kondisi sang anak.
3. Pola
asuh permisif, biasanya juga sering disebut pola asuh pemanja. Memberikan
pengawasan yang sangat longgar dan kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup. Orangtua cenderung tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun, orangtua tipe ini bersifat hangat,
sehingga seringkali disukai oleh anak.
4. Pola
asuh penelantar, pola asuh dimana orangtua pada umumnya memberikan waktu dan
biaya yang sangat minim padak anaknya. Waktu orangtua banyak digunakan untuk
keperluan pribadi mereka seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun
dihemat-hemat untuk keperluan anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah
perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang
depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.
Pengaruh dari Pola Asuh
yang Diterapkan oleh Orangtua
Pola asuh demokratis akan
menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, mampu mengontrol diri,
mempunyai hubungan baik dengan temannya, mampu menghadapi stress, mempunyai
minat terhadap hal-hal baru, dan kooperatif terhadap orang lain.
Pola asuh otoriter akan menghasilkan
karakteristik anak yang penakut, pendiam, tetutup, tidak berinisiatif, gemar
menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri,
pemalu, dan tidak percaya diri untuk mencoba hal yang baru.
Pola asuh permisif akan menghasilkan
karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang
mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara
sosial.
Pola asuh penelantar akan
menghasilkan karakteristik anak yang moody,
impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, self esteem
(harga diri) yang rendah, sering membolos sekolah, dan bermasalah dengan teman.
Dari karakteristik-karakteristik
tersebut, orangtua dapat mawas diri, manakah pola asuh yang diterapkannya.
Apabila orangtua memahami pola asuh yang mana yang cenderung diterapkan, sadar
atau tidak sadar, maka dapat segera mengubahnya ke arah yang lebih baik.
Orangtua pun dapat melihat, bahwa
harga diri yang rendah dari kepribadian sang anak terutama disebabkan karena
pola asuh yang penelantar. Di zaman yang semakin berkembang ini, banyak
orangtua yang lebih memprioritaskan pekerjaan daripada anaknya sendiri. Mereka
lebih banyak meluangkan waktu untuk mencari uang dan uang. Seakan-akan lupa
bahwa di rumah ada anak-anaknya yang membutuhkan kasih sayang dan perhatian
lebih. Pergi kerja disaat anaknya masih tertidur pulas, lalu pulang kembali ke
rumah ketika anaknya sudah teridur pulas lagi. Sehingga tak jarang,
anak-anaknya lebih mengenal pengasuh mereka daripada sosok orangtuanya sendiri.
Contoh lain adalah orangtua yang
sangat otoriter. Biasanya mereka menempatkan anak di posisi yang tertindas dan
tidak punya hak. Jika anak tidak menuruti, kekerasan menjadi jawabannya. Pola
asuh seperti ini menciptakan anak yang hanya taat kepada orangtua jika ada
orangtuanya dan melakukan kekerasan itu terhadap teman ataupun saudara yang
lebih lemah. Pada anak yang bersifat perasa, biasanya menjadikan mereka semakin
penakut, tidak berani mengambil keputusan dan tidak percaya diri.
Dari keempat model pengasuhan yang
telah dibahas, pola asuh demokratis adalah yang terbaik. Karena pola asuh ini
menempatkan orangtua dan anak dalam posisi yang sejajar. Tidak ada hak anak
yang dilanggar, kewajiban anak dan orangtua sama-sama dituntut dalam pola asuh
ini.
Hubungan Antara
Komunikasi Orangtua dengan Rasa Percaya Diri Anak
Dalam kehidupan
keluarga komunikasi antara orangtua dan anak sngat penting bagi perkembangan
kepribadian anak. Setiap orangtua mengharapkan anaknya kelak menjadi seseorang
yang berguna dan sukses. Banyak sifat pendukung kemajuan yang harus dibina
sejak dini. Salah satunya adalah rasa percaya diri (self confidence). Orangtua bertanggung jawab memenuhi kebutuhan
anak guna mengembangkan keseluruhan eksistensi sang anak. Kebutuhan tersebut
meliputi kebutuhan biologis dan psikologis, seperti rasa aman, dikasihi,
dimengerti. Sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik ke arah yang
harmonis. Tetapi banyak juga dijumpai dalam keluarga kurangnya komunikasi
antara orangtua dan anak, sehingga anak merasa kurang percaya diri.
Berkomunikasi dengan anak merupakan
suatu cara yang paling efektif untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Tentu saja, komunikasi yang baik bersifat dua arah, artinya kedua pihak saling
mendengarkan pandangan satu sama lain. Dengan melakukan komunikasi tersebut,
orangtua dapat mengetahui pandangan-pandangan dan kerangka berpikir anaknya,
sebaliknya anak juga dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh orangtuanya.
Dari sebuah penelitian yang
dilakukan oleh siswa kelas XI SMK PGRI 1 Ngawi dalam rangka mencari pengaruh
tingkat komunikasi orangtua dan anak terhadap rasa percaya diri dengan jumlah
populasi 75 siswa. Dari jumlah tersebut telah didaptkan hasil yaitu 13 siswa
memiliki tingkat komunikasi yang tinggi dengan prosentase 17%, 51 siswa
memiliki tingkat komunikasi sedang dengan prosentase 68%, dan 11 siswa memiliki
tingkat komunikasi yang rendah dengan prosentase 15%. Berdasarkan hasil
analisis data dengan menggunakan korelasi product
moment didapatkan hasil r hitung 0,637 dan r tabel 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan.
Awal Mulai Proses
Komunikasi Orangtua dengan Anak
Orang-orang terdekat
dapat membantu orangtua dan anak untuk menyelesaikan ke layanan dengan memulai,
mempromosikan, dan mempertahankan komunikasi timbal balik yang berkelanjutan.
Komunikasi tersebut memungkinkan menyeluruh yang dapat membantu perkembangan
anak secara maksimal. Hal ini menghasilkan kesinambungan nilai-nilai positif
antara keluarga dan layanan pendidikan di masyarakat. Ketika informasi
diberikan, keluarga mengembangkan apresiasi yang lebih komprehensif tentang apa
yang merupakan kebutuhan informasi yang dibutuhkan anak. Orang-orang disekitar
pun lebih mampu menghargai tentang kepentingan dan nilai-nilai keluarga yang
telah ditanamkan. Akibatnya, pengembangan program dan evaluasi dalam
berkomunikasi dengan anak akan meningkatkan kualitas perkembangan diri anak
tersebut.
Ada lima tahap berurutan komunikasi
untuk mencapai pemahaman timbal balik dan keterlibatan antara orangtua dan
anak.
1. Komunikasi
tentang kebutuhan fisiologis dan keamanan.
2. Komunikasi
tentang rasa memiliki.
3. Komunikasi
tentang harga diri.
4. Komunikasi
tentang mengetahui dan memahami.
5. Komunikasi
berdasarkan aktualisasi diri.
Manfaat dari Komunikasi
yang Terjadi Antara Orangtua dengan Anak
Komunikasi dan kedekatan antara
orangtua dan anak akan mempengaruhi perkembangan sang buah hati. Salah satu
cara komunikasi yang efektif adalah melalui komunikasi one by one. Komunikasi ini dilakukan benar-benar hanya antara
orangtua dan anak. Cara ini membantu orangtua mengenal lebih dalam karakter,
perasaan, dan harapan sang anak. Komunikasi one
by one akan mempererat hubungan antara mereka.
Sebagai orangtua, upayakan meluangkan waktu secara
teratur untuk berkomunikasi dengan anaknya. Cara yang paling simpel adalah
mengajak anak keluar rumah untuk bermain di taman, jalan-jalan ke tempat
wisata, ke toko buku, dan sebagainya. Hal yang terpenting dari kegiatan
tersebut yaitu untuk membuat suasana yang mendukung interkasi kedua belah
pihak. Agar komunikasi berjalan dengan sempurna, buatlah topik yang sesuai
dengan usia anak. Dengan begitu komunikasi yang berlangsung akan menarik untuk
dibahas oleh keduanya karena orangtua dan anak sama-sama memahami topik
tersebut.
Kesimpulan
1. Dalam
hidup di keluarga, komunikasi dua arah sangat penting dibangun sejak dini
terutama antara orangtua dengan anak.
2. Hubungan
komunikasi antara orangtua dengan anak membentuk kepribadian, intelektualitas,
dan kualitas hidup sang anak.
3. Komunikasi
yang dilakukan antara orangtua dengan anak harus didasarkan pada rasa saling
menyayangi, memahami, dan membutuhkan.
Pustaka Rujukan
Elliot, Roslyn.
2005. Engaging families: Building strong
communication. Canberra: Goanna.
Nuruzzakiah. “Hubungan Komunikasi Antara Komunikasi
Orangtua dengan Rasa Percaya Diri Anak”. [Online]. Tersedia: https://lib.uin-malang.ac.id.
[3 Januari 2015].
Utami, Lulus. “Pentingnya Komunikasi Orangtua dengan
Anak”. [Online]. Tersedia: https://sebarinfo45.blogspot.com.
[3 Januari 2015].
Pratiwi,
Yhana. “Komunikasi Antara Guru/ Orangtua
dan Anak”. [Online]. Tersedia: https://www.academia.edu/5272257/.
[3 Januari 2015].
https://royalfluzh88.blogspot.com/
BalasHapushttps://royalplus88.blogspot.com/
Nonton Bokep Terbaru Jav
Nonton Bokep Full HD
Nonton Bokep Indonesia Artis
Nonton Bokep JAV HD
Cewek SMA DiSodokMemek Nya Berdarah
Nonton Bokep Terbaru
Agen Poker Online No 1
Royalflush88 Agen Poker Terbaik
Agen Poker Royalflush88 Daftar Disini
Agen Bola Online No 1 Terbaik
Bokep Orang Rekaman Pribadi
Film Bokep Ngintip
Nonton Bokep Rekaman Cctv
Nonton bOKEP Pelajar
Bokep Hentai
Nonton Bokep Janda STW
Agen Poker Online No 1
Royalflush88 Agen Poker Terbaik
Agen Poker Royalflush88 Daftar Disini
Agen Bola Online No 1 Terbaik