Selasa, 06 Januari 2015

PENGARUH PENGGUNAAN BAHASA KASAR DALAM KONTEKS PERGAULAN - MUHAMMAD DZAKY MURTADHA (1405552)

PENGARUH PENGGUNAAN BAHASA KASAR DALAM KONTEKS PERGAULAN

Oleh
Muhammad Dzaky Murtadha
1405552

Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris
Universitas Pendidikan Indonesia


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tentang  penyebab mengapa anak-anak ataupun  remaja di jaman sekarang, khususnya di Indonesia, lebih sering menggunakan bahasa kasar dalam pergaulannya sehari-hari, dan juga mengenai dampak yang terjadi akibat fenomena ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni dengan meneliti dokumen elektronik mengenai penggunaan bahasa kasar.Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1).Terdapat empat hal yang menyebabkan penggunaan bahasa kasar, yaitu  pengaruh teman sebaya atau lingkungan sekitar , faktor emosi dan cara didikan keluarga ,pengetahuan bahasa yang lemah, dan  pengaruh televisi dan film. 2).Terdapat tiga dampak dari penggunaan bahasa kasar, yaitu bahasa menjadi rusak, gejala sosial semakin menyebar luas, kekeliruan bahasa dan kualitas bahasa menurun.
Kata kunci : penyebab, dampak

  
PENDAHULUAN
            Di jaman yang sudah modern ini, bahasa Indonesia tentunya sudah banyak berkembang dari tahun-tahun sebelumnya.Baik itu dari segi bentuk maupun cara penggunaannya.
            Namun , dalam segi penggunaan bahasa nampaknya tidak terlalu baik Apabila kita lihat hari ini, peningkatan penggunaan bahasa kasar semakin hari semakin tinggi.Masih banyak sekali orang, khususnya di kalangan remaja sering sekali menggunakan bahasa kasar dalam percakapannya sehari-hari.

BAHAN DAN METODE
Dalam jurnal ini, penulis akan memaparkan mengenai perihal penggunaan bahasa kasar dalam konteks pergaulan yang akan dibagi dalam dua bab sebagaimana berikut:
1.      Faktor penyebab penggunaan bahasa kasar
2.      Dampak yang terjadi akibat penggunaan bahasa kasar
Dalam menulis jurnal ini, penulis menggunakan metode penelitian dokumen sebagai alat pengumpul data, baik dari yang tertulis maupun yang elektronik. Penulis akan meneliti dan merangkum berbagai sumber berdasarkan pengetahuan penulis dan sumber-sumber data yang penulis akan gunakan.

HASIL

1. Faktor penyebab penggunaan bahasa kasar
1.1. Pengaruh Teman Sebaya atau Lingkungan Sekitar
Teman sebaya dan lingkungan sekitar banyak mempengaruhi cara berbicara,  terutama golongan anak-anak dan remaja. Anak-anak dan remaja biasanya bergaul di luar rumah terutama di sekolah atau tempat-tempat ramai, contohnya di pasar raya atau restoran cepat saji. Golongan ini lebih cenderung menggunakan bahasa yang kasar dalam pergaulan sehari-hari.Hal ini sangat jelas apabila mereka bergaul dengan teman sebaya. Sebagai contoh, ungkapan seperti ”apa kau sudah gila?" atau "Lu punya otak gak sih?"  sering diungkapkan oleh kebanyakan anak-anak atau remaja untuk menunjukkan rasa marah atau geram terhadap sesuatu hal. Sebenarnya ungkapan tersebut dan banyak lagi perkataan lain yang memiliki unsur kasar atau tidak sopan tidak enak didengar walaupun diungkapkan antara  teman sebaya.

1.2 . Faktor Emosi dan Cara Didikan Keluarga
 Faktor emosi dan cara didikan keluarga juga boleh menimbulkan permulaan tingkah laku anak-anak menggunakan bahasa kasar dalam pergaulan mereka. Seseorang yang sering mengungkapkan perkataan yang tidak baik dan kasar merupakan gambaran situasi emosi yang kusut, resah dan memberontak. Contohnya, semasa pembesaran anak-anak, didikan keluarga yang tidak mementingkan penggunaan bahasa yang baik Ibu dan bapak yang tidak lemah lembut dan menggunakan perkataan yang tidak sesuai apabila berbicara atau menegur anak-anak mereka boleh mendidik anak-anak mereka menjadi begitu. Selain itu, ibu dan bapak yang sering beradu mulut di hadapan anak-anak juga cenderung untuk menggunakan bahasa dan nada yang kurang baik sehingga meninggalkan contoh yang tidak baik kepada anak-anak. Hal ini boleh jadi disengajakan ketika menuturkan kata-kata demikian untuk melepaskan perasaan marah atau kekusutan pikiran, dan besar kemungkinan juga tidak disengajakan kerana sedang lupa atau lalai karena terpancing perasaan emosi tersebut.Secara tidak langsung, penggunaan bahasa hanya menaikkan ego mereka dan menunjukkan percubaan untuk menguasai emosi orang yang dimarahi.Lain pula halnya ketika kita berada dalam suasana atau keadaan yang tidak terkawal oleh emosi. Ketika itu, perasaan berbicara menjadi penentu bentuk bahasa yang kita pilih. Apabila kita dalam keadaan marah, kita hilang pertimbangan dalam berbahasa. Kita menjadi orang yang kurang bahasa atau tak tahu bahasa, lalu kita menggunakan bahasa kasar, bahasa yang dianggap tidak sopan atau tidak manis untuk diucapkan.
1.3. Pengetahuan Bahasa yang Lemah
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh penutur yang berpendidikan tampak jelas perbedaannya dengan yang  digunakan oleh kelompok penutur yang tidak berpendidikan.Kebanyakan mereka yang menggunakan bahasa kasar ialah mereka yang mempunyai pengetahuan rendah dan kurang teliti dan peka dengan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi dan penggunaan percakapan mereka sehari-hari. Mereka ini mempunyai tahap akademik yang rendah dan tahap pembacaan mereka juga lemah. Biasanya mereka yang sering mengungkapkan bahasa kasar dalam percakapan sehari-hari hanya berdasarkan perkataan yang dianggap biasa bagi mereka namun sebaliknya bagi golongan lain. Contohnya, perkataan ”celaka”, ”sial” dan sebagainya. Hanya mereka yang mempunyai tahap pendidikan yang tinggi dan mengamalkan kesantunan dalam kehidupan tidak menggunakan bahasa kasar atau tidak sopan ini, karena mereka masih menjaga perasaan orang lain ketika berkomunikasi. Ini karena mereka sadar akan tanggungjawab mereka sebagai orang yang berpendidikan harus menggunakan bahasa yang benar agar tidak dipandang rendah oleh masyarakat.
1.4. Pengaruh Media, Televisi dan Film
Ada satu faktor yang tidak pernah dialami generasi muda sebelumnya : banyak pengaruh media yang secara langsung menekan berkembangnya rasa hormat.Data menunjukkan pemakaian bahasa kasar di media semakin meroket dalam satu dekade ini.Salah satu media tersebut adalah stasiun televisi.Stasiun televisi di Indonesia sudah menganggap bahwa bahasa kasar merupakan hal yang biasa. Di luar negeri, misalnya, Australia, Inggris, dan Jepang, stasiun televisi hanya boleh menyiarkan acaranya (misalnya film, acara komedi, dan forum-forum) yang mengandung bahasa kasar (coarse language) pada jam-jam tertentu, ketika anak-anak meninggalkan rumah untuk pergi ke sekolah atau pada pukul 10 malam ketika anak-anak sedang  tidur. Bahasa kasar diyakini akan membawa pengaruh tidak baik bagi perkembangan emosi dan budi pekerti. Stasiun televisi yang menyiarkan rancangan yang mengandung bahasa kasar akan mendapatkan kritikan dari masyarakat.
Kata-kata di bawah ini hampir tidak pernah didengar pada saat kanak-kanak menonton televisyen di negara tersebut. Ungkapan kasar berikut dari  film Hollywood sering dibiarkan. Contoh perkataan yang sering diungkapkan:
Bahasa Film Hollywood
Arti
Shit
Tahi
Bullshit
Omong kosong
Fuck you
Terkutuk kau
Go to hell
Persetan
Kill him
Bunuh dia

Di negeri kita yang mengamalkan budaya dan ketaatan agama yang sangat tinggi justru kata-kata tersebut digunakan dalam berbagai situasi, baik dalam film-film,televisi, maupun dalam pergaulan sehari-hari. Bahkan ada sejumlah orang yang dengan bangga menulis ungkapan  ”don't bullshit me” atau ”fuck you” di baju-baju mereka. Kedua ungkapan singkat ini sangat mengganggu perasaan orang yang membacanya.

2. Dampak yang Terjadi Akibat Penggunaan Bahasa Kasar
2.1. Bahasa Menjadi Rusak

 Sesuatu bahasa menjadi rusak apabila bahasa tersebut diungkapkan dengan kasar dan disalahgunakan. Contohnya, setiap kali berkomunikasi penggunaan bahasa kasar sering diungkapkan kerana dianggap sudah biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam penulisan, sms, di halaman media sosial dan sebagainya. Akibatnya bahasa menjadi rusak dan menjatuhkan martabat bahasa itu sendiri.

2.2  Gejala Sosial Semakin menyebar luas

Dengan meningkatnya penggunaan bahasa tidak sopan, masyarakat, terutama anak-anak dan remaja akan terpengaruh dengan perkataan-perkataan yang sering digunakan. Mereka akan cenderung untuk menggunakan bahasa kasar bersama-sama teman-teman yang lain dalam perbincangan sehari-hari. Malah suatu perkataan tersebut menjadi kebiasaan dalam perbuatan sehari-hari, contohnya ungkapan “besar gile”, “cantik gile” yang menggambarkan perasaan yang amat suka. Ada yang mengejutkan lagi apabila perkataan kasar tersebut turut dilemparkan kepada ibu dan bapak sendiri. Ini secara tidak langsung melahirkan individu yang bersikap kurang ajar dan tidak menghormati ibu dan bapak. Anak-anak yang masih bersekolah juga biasanya ikut menggunakan perkataan kasar dalam pergaulan mereka di sekolah. Hal ini memberi kesan negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak-kanak. Jika tidak ada usaha utuk membendung situasi ini, maka tidak mengherankan jika gejala sosial juga turut berlaku dalam kalangan anak-anak dan remaja.

2.3   Kekeliruan Bahasa Dan Kualitas Bahasa Menurun

Kekeliruan bahasa terutamanya kepada generasi akan datang turut terjadi jika penggunaan bahasa kasar berleluasa karena menimbulkan kekeliruan untuk mempelajari sesuatu bahasa tersebut. Mereka akan terkeliru untuk menggunakan bahasa yang sesuai diungkapkan dalam perbualan seharian. Trend pengucapan bahasa kasar yang bakal diwarisi akan menjadi kebiasaan dalam perbuatan sehari-hari mereka karena beranggapan bahwa penggunaan bahasa kasar tidak salah dan lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan kepada seseorang individu tersebut. Pastinya generasi yang sering disogok oleh perkataan yang kasar atau tidak sopan setiap hari akan keliru dengan penggunaan bahasa yang betul. Para pelajar akan turut terpengaruh untuk menggunakan bahasa-bahasa yang digunakan dalam tugasan penulisan di sekolah.
  

PEMBAHASAN

          Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi, bekerja sama, dan mengidentifikasikan diri dalam suatu masyarakat.Bahasa juga merupakan lambang identitas yang dimiliki oleh suatu negara.Oleh karena itu hendaknya bahasa dipergunakan sebaik-baiknya sesuai dengan kaidah yang ada, bukan dipergunakan dengan cara yang salah.Namun, masih banyak orang, khususnya para remaja di Indonesia sangat sering menyalahgunakan bahasa yaitu dengan menggunakan bahasa kasar.Bahasa kasar yaitu bentuk bahasa yang tidak sesuai dengan tempat dan konteks sehingga dapat menyakiti perasaan pihak tertentu. Selain itu, bahasa kasar juga akan menimbulkan rasa tidak enak jika dipergunakan terhadap orang lain.
            Para remaja menganggap bahwa penggunaan bahasa kasar dalam pergaulan merupakan hal wajar karena mereka sudah terbiasa dengan hal itu. Sangat disayangkan sekali bahwa mereka beranggapan seperti itu, padahal penggunaan kata-kata yang tidak sopan sama sekali tidak menguntungkan baik untuk diri sendiri, maupun orang lain yang diajak bicara. Kata-kata kotor serta makian sama sekali tidak membangun, melainkan akan menyakitkan hati, melukai perasaan, dan merendahkan harga diri, tidak hanya saja harga diri orang lain tapi juga harga diri sendiri.
            Banyak sekali pengaruh dari penggunaan bahasa kasar dalam pergaulan sehari-hari dan cenderung mempengaruhi bahasa itu sendiri, yakni merusak serta menurunkan kualitas bahasa.Hal ini akan mengakibatkan bahasa indonesia menjadi rendah dan buruk di mata dunia.Kalau kita percaya tamsil atau pepatah lama yang menyebutkaan bahwa bahasa menunjukkan bangsa, maka ukuran kita sebagai bangsa indonesia, baik secara perseorangan maupun secara bersama, akan ditentukan oleh cara kita berbahasa.Kalau kita benar-benar memahami kebermaknaan"menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia", butir ketiga Sumpah Pemuda 1928, maka kita akan selalu berusaha agar kemampuan dan keterampilan berbahasa kita akan meningkat.Upaya peningkatan tersebut akan terlihat dalam perilaku berbahasa kita. Oleh karena itu sebaiknya kita menghargai bahasa kita sendiri dengan cara menggunakannya dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku.

KESIMPULAN
           Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa  dalam percakapan sehari-hari, baik itu percakapan formal maupun informal, sebaiknya kita tidak  menggunakan bahasa kasar, melainkan dengan bahasa yang sopan dan santun.Hubungan seseorang dengan orang lain dapat terbina dengan menggunakan bahasa yang baik pula.Tidak sedikit banyak orang berselisih paham gara-gara menggunakan bahasa yang kurang baik.Dengan demikian, dalam berkomunikasi dengan sesama atau dengan masyarakat kita haru menempatkan bahasa dengan baik dan benar.
                                                                                                                                    
                                           DAFTAR PUSTAKA
1.Ismail,Sepri,2013, linguistik dan sosiolinguistik, ( http://seprianiq.blogspot.com/2013/09/linguistik-dan-sosiolinguistik.html/diakses pada tanggal 3 Januari 2015)
2.Setiawan,Agus Candra,(n.d), menghargai diri dengan tutur kata kita, (http://keluarga.com/menghargai-diri-dengan-tutur-kata-kita/diakses pada tanggal 4 Januari 2015)

3.Hasibuan, Albert.(2013).Kamus Kantong Inggris-Indonesia-Indonesia Inggris.Jakarta: PT SUKA BUKU.

4.Aziz, Firman. dkk. (2014).Taktis Berbahasa Indonesia.Bandung:a s a s u p i.
5.Borba,Michele.(n.d).Membangun Kecerdasan Moral.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
6.Sugono,Dendy.(2009).MAHIR BERBAHASA INDONESIA DENGAN BENAR. Jakarta: PT      Gramedia Pustaka Utama.
7.Sardjono,Agus.R.(2001).Bahasa dan bonadifitas hantu.Magelang:Yayasan IndonesiaTera

2 komentar:

  1. research yang bagus kak, apa boleh saya izin mengambil bahan untuk mini research saya dari research ini?

    BalasHapus
  2. Apakah ada yang berbentuk pdf ?

    BalasHapus