Selasa, 06 Januari 2015

PENGGUNAAN GAYA BAHASA SARKASME DALAM PERGAULAN REMAJA - RD. M. ALFYSA DWIKATAMA (1405492)

PENGGUNAAN GAYA BAHASA SARKASME DALAM PERGAULAN REMAJA
Oleh: Rd. M. Alfysa Dwikatama (1405429)
Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Inggris – FPBS UPI
Abstrak
            Bahasa merupakan harta karun terkaya yang dimiliki oleh peradaban manusia, karena kajian bahasa sangat luas, tak terbatas, serta akan selalu berkembang dari generasi ke generasi berikutnya. Salah satu pemanfaatan kekayaan bahasa tersebut adalah majas atau gaya bahasa. Majas berprinsip pada pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu serta merupakan keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran serta perasaan, baik secara lisan maupun tulisan.
            Sarkasme adalah salah satu permata gaya bahasa yang secara umum telah dikenal oleh masyarakat. Terdapat beragam pemahaman mengenai sarkasme, namun pada hakikatnya, sarkasme adalah majas yang dimaksudkan untuk menyindir atau menyinggung seseorang atau sesuatu. Sebagai salah satu dari sekian banyak konsumen sarkasme, remaja melekat utuh dengan sarkasme dalam pergaulannya. Penyebabnya adalah sifat remaja (sebagai transisi dari anak-anak menuju dewasa) yang masih labil dan mudah terpengaruh, identik dengan sifat sarkasme sebagai suatu unsur bahasa yang tidak pernah berhenti berkembang. Oleh karena itu, sarkasme dan pergaulan remaja dapat mempengaruhi perkembangan masing-masing secara berimbang.
Kata Kunci: gaya bahasa, sarkasme, pergaulan remaja  
A, Pendahuluan
            Bahasa adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut. Seiring perubahan zaman, bahasa telah berkembang menjadi suatu kekayaan yang mahaluas. Kekayaan bahasa tersebut menjadi lebih luas lagi karena dalam penerapannya, bahasa tidak hanya menjadi sarana komunikasi manusia saja. Bahasa telah membawa pergeseran arus yang dinamis dalam segala aspek kehidupan manusia, dimulai dari aspek kebudayaan hingga hal-hal yang jauh lebih kompleks, seperti politik dan sains.
             Perkembangan bahasa telah melahirkan berbagai cabang pemanfaatan bahasa; salah satunya adalah gaya bahasa atau majas. Majas berprinsip pada pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu serta merupakan keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran serta perasaan, baik secara lisan maupun tulisan. Majas merupakan karakter unik dari suatu bahasa, karena ia dapat membangun serta mengembangkan imajinasi yang melebihi makna sesungguhnya suatu kata dengan cara membandingkan, mempertautkan, mempertentangkan dan bahkan mengulang kata tersebut.
            Sarkasme adalah salah satu permata gaya bahasa yang secara umum telah dikenal oleh masyarakat. Gaya bahasa menyindir, baik secara eksplisit maupun implisit, secara lisan maupun tulisan, telah menjadi bagian manusia dalam kehidupan sosialnya. Remaja, sebagai individu yang labil, berbagi banyak kesamaan sifat dengan gaya bahasa sarkasme, sehingga pada umumnya, remaja sering kali menggunakan gaya bahasa sarkasme dalam pergaulan sehari-harinya. Ketersinambungan antara penggunaan gaya bahasa sarkasme dan pergaulan remaja ini akan menciptakan banyak pemahaman baru mengenai gaya bahasa sebagai bagian dari kekayaan bahasa yang mahaluas.
B. Kajian Pustaka
1. Gaya Bahasa Sarkasme
            Sarkasme, menurut istilah Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah (penggunaan) kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain; cemoohan atau ejekan kasar. Sebenarnya, ada bermacam-macam pemahaman mengenai sarkasme ini di berbagai belahan dunia. Di ranah kesusasteraan Indonesia sendiri, sarkasme merupakan suatu bentuk umpatan yang cara mengekspresikannya adalah dengan rasa marah atau kesal. Contoh: Kau memang benar-benar bajingan. Namun di berbagai belahan dunia lain, seperti dalam kesusasteraan Inggris, sarkasme atau sarcasm dimaksudkan untuk menyindir atau menyinggung secara implisit tanpa menggunakan kata kasar. Contoh: Kamu terlalu pintar ya? Soal semudah ini tidak bisa. Di Indonesia, pemahaman sarcasm ini memiliki makna yang sama dengan majas sinisme. Oleh karena itu, secara umum sarkasme merupakan majas pertentangan yang maknanya paling luas, karena dapat mencakup pemahaman mengenai gaya bahasa sinisme maupun ironi.
             
            Kurnia (2011) dalam laman pribadinya, mengemukakan bahwa sarkasme telah tumbuh sedari dulu dan mempunyai sejarah yang amat panjang. Ketika manusia mulai fasih menggunakan bahasa dan menjadikannya sebuah media artistik, maka gaya mengumpat dan menyindir ikut hadir dan menjadi seni tersendiri dalam suatu bahasa. Sarkasme telah berkembang dari Romawi Kuno hingga menjalar cepat ke kebudayaan Inggris dan ke seluruh dunia. Bangsa Asia termasuk salah satu bangsa yang terlambat dalam mengenal sarkasme, karena pada awalnya mereka menganggap sarkasme sebagai sesuatu yang tabu dan tidak sesuai dengan kultur serta kebudayaan mereka.
            Kehidupan manusia yang semakin maju telah menjadikan penggunaan gaya bahasa sarkasme tidak serta merta bertujuan untuk menghina saja. Sarkasme telah diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu estetika penulisan, bentuk nasihat, bentuk pembelajaran, hingga candaan sehari-hari. Hal ini menyebabkan sarkasme telah berkembang menjadi suatu budaya yang melekat pada kehidupan manusia. Sebagai suatu budaya, sarkasme tidak hanya melahirkan kelebihan saja, melainkan kekurangan pula. Di samping kelebihan gaya bahasa sarkasme yang berestetika, banyak orang berpendapat bahwa secara etika, sarkasme adalah hal yang paling harus dihindari dalam berkomunikasi. Ketika seorang manusia berkomunikasi dengan manusia lainnya dengan gaya bahasa sarkasme, akan ada yang menjadi subjek pelaku dan yang menjadi objek penderita. Di satu sisi, subjek pelaku akan merasakan nilai estetika dan kepuasan dari penggunaan sarkasme. Di sisi lain, objek penderita akan menilai betapa rendahnya nilai etika dari penggunaan sarkasme.
            Namun, itulah yang menjadikan sarkasme sebagai suatu gaya bahasa yang paling kaya dan dapat berpengaruh pada segala aspek kehidupan manusia.
2. Remaja dan Pergaulannya
            Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa ini kerap dikenal sebagai masa abu-abu karena posisi seorang remaja tidak dapat didefinisikan sebagai anak-anak maupun sebagai dewasa. Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari anak-anak menuju kedewasaan yang berkisar pada usia 12 hingga 21 tahun.
            Periode transisi ini membuat sikap dan konsistensi seorang remaja cenderung berubah-ubah atau lebih dikenal dengan istilah labil. Selain itu, ciri khas perkembangan remaja lainnya adalah: mengalami perubahan fisik (pertumbuhan), mengarahkan perhatian pada teman sebaya dan berangsur melepaskan diri dari keterikatan keluarga, keterkaitan yang kuat dengan lawan jenis, periode idealis, menunjukkan kemampuan diri, dan utamanya pencarian jati diri.
            Ciri khas perkembangan remaja tersebut akan tertuang nyata dalam pergaulan sehari-harinya. Di dalam pergaulannya, seorang remaja bertransformasi menjadi manusia paling dinamis yang sikapnya akan bergantung pada dirinya, lingkungannya, sahabatnya hingga hal-hal yang bahkan tidak terkait dengan dirinya. Oleh karena itu, sebagai bentuk proses pencarian jati diri, pergaulan remaja adalah sampel yang paling menarik untuk diteliti dalam meneliti aspek kebahasaan. 
3. Penggunaan Gaya Bahasa Sarkasme dalam Pergaulan Remaja
            Sebagai salah satu dari sekian banyak konsumen sarkasme, remaja melekat utuh dengan sarkasme dalam pergaulannya. Penyebabnya adalah sifat remaja (sebagai transisi dari anak-anak menuju dewasa) yang masih labil dan mudah terpengaruh, identik dengan sifat sarkasme sebagai suatu unsur bahasa yang tidak pernah berhenti berkembang.
            Berikut merupakan beberapa bentuk penggunaan sarkasme paling umum dalam pergaulan remaja:
-          Sarkasme secara eksplisit: Dasar kau anjing! Dasar kau babi! Dasar kau tidak berguna, begitu saja tidak bisa! Menyebalkan sekali kau bajingan! Aku benci kau bangsat! Dasar kau goblok! Tidak punya otak!     

-          Sarkasme secara implisit: Pintar sekali kau (hingga gagal dalam ujian)! Cantik sekali kau (hingga tidak pernah punya kekasih)! Langsing sekali kau (hingga bajumu tidak ada yang cukup)! Kita adalah teman sekelas yang kompak (padahal tidak)! Aku sayang kamu (dan dia juga)!
            Dari beberapa bentuk penggunaan sarkasme paling umum dalam pergaulan remaja, dapat dibuktikan mengapa pergaulan remaja begitu melekat utuh dengan gaya bahasa sarkasme. Sifat remaja yang labil (transisi dari anak-anak menuju dewasa) membuat seorang remaja cenderung bersifat emosional. Ia akan mengutamakan emosi dalam segala aspek kehidupannya. Dan ketika emosinya tersulut, seorang remaja akan sulit mengontrol emosinya sehingga ia akan melampiaskan emosi tersebut dengan menggunakan sarkasme secara eksplisit kepada siapapun yang menyulut emosinya. Sifat remaja yang emosional ini juga turut mendorong seorang remaja cenderung menutupi kejujuran alias berbohong. Ketika dalam pergaulannya ia mendapati sesuatu atau seseorang yang ia tidak sukai, seorang remaja lebih gemar menutupi kebohongannya dengan menyampaikan pujian kepada sesuatu atau seseorang yang ia tidak sukai. Seorang remaja akan menggunakan sarkasme secara implisit baik dengan bertujuan untuk menghina secara sinis, ataupun karena ia takut dan tidak sanggup menghadapi situasi dengan kejujuran.   
4. Penutup
            Masa remaja merupakan masa yang paling menentukan dalam kehidupan manusia, karena masa ini akan menjadi batu loncatan menuju masa depan seorang manusia. Pada masa ini, manusia akan dengan cepat berkembang dan menentukan arah hidupnya. Selain itu, manusia juga bersifat labil serta rentan terpengaruh oleh berbagai hal pada masa remaja.
            Di sisi lain, bahasa juga merupakan sesuatu yang tidak akan pernah berhenti berkembang. Suatu bahasa juga akan dengan mudahnya terpengaruh oleh perkembangan zaman dan lingkungan. Bahasa akan terus berkembang ke arah yang lebih baik, sesuai dengan arahan penggunanya. Khususnya dalam hal ini, penggunaan gaya bahasa sarkasme.
            Penggunaan gaya bahasa sarkasme dalam pergaulan remaja menjadi bukti bahwa gaya bahasa sarkasme dan pergaulan remaja memiliki kesamaan sifat dan mempunyai pengaruh terhadap masing-masing. Di satu sisi, sarkasme dapat mempengaruhi dan mengubah sikap serta jati diri seorang remaja. Di sisi lainnya, seorang remaja dapat mempengaruhi citra gaya bahasa sarkasme; tergantung bagaimana cara ia mengaplikasikan sarkasme dalam pergaulan sehari-harinya.
Daftar Pustaka
Aziz, Firman. dkk. (2014). Taktis Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Bandung: Penerbit Asas UPI.
Haryanto. “Pengertian Remaja”. [Online] Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/. [5 Januari 2015]
Hermawan, Novaldi. “Sarkasme: Antara Etika dan Estetika”. [Online]. Tersedia: http://novaldiherman.wordpress.com/2014/10/23/sarkasme-antara-etika-dan-estetika/. [5 Januari 2015].

Ismail. (2012). Ironi dan Sarkasme Bahasa Politik Media. Surabaya: Pustaka Pelajar.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, 2008, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kartawijaya, Faris. “Pengertian Lengkap Sarkasme (Sarcasm)”. [Online]. Tersedia: http://farisnoteindo.blogspot.com/2014/04/pengertian-lengkap-sarkasme-sarcasm.html. [5 Januari 2015].
Kurnia, Kafi (2011). “Sindiran – Sentilan dan Sarkasme”. [Online]. Tersedia: http://biangpenasaran.blogspot.com/2011/08/sindiran-sentilan-dan-sarkasme.html [5 Januari 2015]
Prasetyono, Dwi Sunar. (2011). Buku Majas Lengkap dan 3000 Pribahasa. Jakarta: Diva.
Sabina, Rosablog. “Ciri Khas Perkembangan Remaja”. [Online]. Tersedia: http://rosablogsabina.blogspot.com/2011/06/ciri-khas-perkembangan-remaja.html. [5 Januari 2015]
Sarwono, Sarlito W. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers Raja Grafindo Persada.
Anonim. “Bahasa”. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa. [5 Januari 2015].
Anonim. “Majas”. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Majas. [5 Januari 2015].
Anonim. “Sarkasme”. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Sarkasme. [5 Januari 2015].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar