LATAR
BELAKANG SEJARAH KEDEKATAN BAHASA INDONESIA DENGAN TAGALOG
Adella Suvy Fahriyatul Ahkam (1400715)
Mahasiswi Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Prodi Bahasa dan Sastra Inggris
Universitas Pendidikan Indonesia
2014
Abstrak. Bahasa, dalam perkembangannya memiliki
klasifikasi yang didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri-ciri. Para ahli
mengklasifikasikan bahasa berdasarkan berbagai pendekatan, salah satunya adalah
pendekatan genetis. Klasifikasi genetis menjelaskan bahwa bahasa memiliki suatu
bahasa tua atau bahasa awal yang disebut bahasa
proto. Saat ini, bahasa proto
dibagi menjadi 11 rumpun, yang salah satunya adalah rumpun Austronesia atau
dikenal juga dengan Melayu Polinesia, yaitu bahasa Indonesia, Melanesia,
Mikronesia, dan Polinesia. Bahasa dalam rumpun ini bisa dipastikan memiliki
banyak kesamaan, contohnya adalah bahasa Indonesia dengan Tagalog di Filipina.
Kata
kunci: Perkembangan, klasifikasi, rumpun Austronesia,
Bahasa Indonesia, Tagalog.
Pendahuluan
Berbicara
mengenai Indonesia dan Filipina, mungkin yang pertama kali muncul dalam benak
kita adalah permasalahan perbatasan. Indonesia memiliki 3 pulau terluar yang
berbatasan langsung dengan Filipina, yaitu Pulau Miangas, Pulau Marore, dan
Pulau Marampit. Namun, dibalik ketegangan perebutan wilayah itu, Indonesia dan
Filipina memiliki hubungan bilateral yang sangat baik sejak tahun 1949 di
berbagai bidang, mulai dari bidang politik, pendidikan, hingga pariwisata.
Bahkan, Indonesia dan Filipina adalah 2 negara pendiri ASEAN, anggota Gerakan
Non-Blok, APEC, dan Segitiga Pertumbuhan EAST ASEAN dalam BIMP-EAGA
(wikipedia).
Terpisah dengan
jarak sekitar 2.779 km atau sekitar 1.727 mil, Indonesia dan Filipina justru
memiliki banyak kesamaan, salah satunya adalah kesamaan bahasa. Dalam disiplin
ilmu linguistik, kesamaan bahasa bukanlah hal yang aneh dan asing. Bisa
dikatakan, bahwa bahasa juga memiliki klasifikasi seperti pada ilmu biologi
yang mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan. Klasifikasi
ini, menentukan dari mana bahasa itu berasal. Kemudian, bisa diketahui latar
belakang apa saja yang membuat bahasa ini memiliki kemiripan di berbagai
tempat.
Perlu kita
ketahui bahwa bahasa adalah alat yang paling mudah berkembang. Bahasa tidak hanya
berkembang ditanah penutur asli bahasa tersebut, bahasa juga mengalami
penyebaran seiring dengan interaksi sosial penggunanya. Perkembangan bahasa
bisa dipengaruhi berbagai faktor. Misalnya melalui hubungan dagang, kekerabatan
etnis, persahabatan atau penjajahan.
Rumpun Austronesia
Secara
Etimologi, kata Austronesia sendiri berasal dari bahasa latin
"Auster" yang berarti angin selatan, dan bahasa Yunani
"Nesos" yang berarti pulau, karena sebagian besar wilayah dimana
penduduknya menuturkan bahasa Austronesia adalah pulau-pulau kecil di daerah
Selatan / Tropis (kecuali Malaysia), contohnya Seychelles, Bali, Hawai'i, dan
Fiji. Austronesia secara umumnya merupakan rumpun bahasa terbesar dengan
penutur yang sangat banyak (Alexander, 2005:1).
Bahasa
Indonesia sendiri termasuk ke dalam rumpun Bahasa Austronesia yang merupakan
rumpun bahasa terbesar ke-5 berdasarkan banyaknya jumlah penutur asli, dan
menempati peringkat ke-2 dalam hal banyaknya bahasa dari sebuah rumpun bahasa. Dan
uniknya lagi, Bahasa Austronesia yang paling besar berdasarkan banyaknya
penutur asli, adalah Bahasa Jawa dan Bahasa Tagalog yang menempati urutan ke-2
Bahasa Austronesia yang memiliki jumlah penutur terbanyak.
Dalam
klasifikasinya, rumpun Austronesia dibagi menjadi beberapa cabang dari Bahasa
Farmosa di Taiwan. Bahasa Farmosa terdiri dari beberapa anak bahasa, antara
lain, Seediq, Atayal, Rukai, Paiwan, Puyuma. Sementara Bahasa-bahasa
Austronesia yang ada di luar Taiwan, yang juga dikenal sebagai
Malayo-Polinesia, adalah anak bahasa dari salah satu cabang Bahasa Formosa,
yaitu Bahasa Paiwan.
Bahasa
Malayo-Polinesia ini juga dibagi menjadi 2, yaitu Bahasa Sulu-Filipina dan Bahasa
Indo-Melanesia. Bahasa Sulu-Filipina meliputi seluruh Bahasa Filipina termasuk
Tagalog/Filipino. Sementara dalam Bahasa Indo-Melanesia, dibagi menjadi Bahasa Malayo-Polinesia
barat, dan Bahasa Malayo-Polinesia tengah-timur. Bahasa Malayo polinesia barat
dibagi menjadi bahasa Kalimantan, dimana Bahasa Malagasy termasuk dalam cabang
ini, dan Bahasa Sunda-Sulawesi.
Sejarah
Penyebaran Bahasa Austronesia
Sejarah
penyebaran Bahasa Austronesia memang belum menemukan titik jelas, namun para
ahli menyepakati bahwa Bahasa Austronesia berasal dari Taiwan. Menurut Peter Bellwood, Bahasa Austronesia
berasal dari Selatan China, sedangkan Taiwan hanya tempat berlakunya segala
bahasa. Pendapat ini diputuskan benar oleh kebanyakan ahli arkeologi dan bahasa
(Alexander, 2005:11).
Selain
Peter Bellwood, Blust juga mendukung gagasan bahwa Bahasa Austronesia awal dan
Proto-Austronesia seharusnya berada di Taiwan, dan Blust juga memastikan bahwa
lokasi bahasa ini ada di sebelah barat Garis Huxley, yaitu di Taiwan atau
Daratan Sunda (Bellwood, 2000:154).
Berbeda
dengan kedua tokoh diatas yang menjelaskan bahwa Bahasa Austronesia tidak
mutlak berasal dari Taiwan, Paul Benerdict menegaskan bahwa Bahasa Austronesia
berasal dari Taiwan. Pendapat ini disepakati oleh tokoh-tokoh lain daripada
pendapat Bellwood maupun Blust. Menurut Benerdict, Bahasa Austronesia berasal
dari Taiwan dan memandang bahwa Taiwan merupakan tempat permukiman terawal
bahasa tersebut. Bahasa Austronesia mulai tersebar dari Taiwan ke Filipina,
Borneo, Sulawesi, dan Maluku di Asia Tenggara. Kemudian tersebar ke Halmahera
dan kawasan sekitarnya hingga ke Madagascar (Roger Blench dan Matthew Spriggs,
1998:23).
Berdasarkan
pandangan ketiga tokoh, bisa diambil garis merah bahwa Bahasa Austronesia
berasal dari Taiwan dengan alur penyebaran seperti berikut:
Pada
tahun 4500 – 3000 SM, leluhur dari Taiwan bermigrasi ke selatan menuju
kepulauan Filipina Utara. Mereka menetap dan memunculkan bahasa
Proto-Malayo-Polinesia (PMP). Kemudian, para penutur PMP ini bermigrasi ke
Kalimantan dan Sulawesi melalui Filipina Selatan, serta menuju Maluku Utara
melalui arah tenggara pada tahun 3500 – 2000 SM.
Selain
itu, pada 3000 – 2000 SM, leluhur di Maluku Utara bermigrasi ke selatan dan
timur hingga mencapai kawasan Nusa Tenggara. Migrasi dari Papua Utara ke barat
pada tahun 2500 SM dan ke timur pada tahun 2000 – 1500 SM melahirkan bahasa
penutur baru bagi negara di sebelah barat.
Penutur
bahasa PMP ini terus menyebar dan berkembang dari satu tempat ke tempat
lainnya. Bahasa yang dituturkan akan tinggal di tempat yang ditinggalkan, dan
bahasa yang digunakan akan terus dibawa bersama perpindahan yang dilakukan.
Perkembangan bahasa pada periode ini sangat pesat, karena para leluhur yang
bermigrasi menempati tempat yang tidak memiliki bahasa, dan bahasa yang
dituturkan mudah untuk diikuti.
Kedekatan Bahasa Indonesia dengan
Tagalog
Kedekatan
bahasa Filipina (Tagalog) dengan bahasa Indonesia ditunjukkan dengan banyaknya
kosakata yang mirip. Meskipun makna dan pelafalan yang tidak selalu sama, namun
banyak juga yang diserap secara utuh. Ada 3 jenis kedekatan antara Tagalog dan
Bahasa Indonesia, yakni:
1. Sama arti, sama bunyi.
Contoh:
anak, asap, lima, bawang, mata, ubi, dll..
2. Sama arti, beda bunyi.
Contoh: abokado (alpukat), akasya (akasia),
alak (arak), anim (enam), baboy (babi), baimbing (belimbing), bayawak
(biawak), hikayatin (hikayat), ikaw
(kau), itim (hitam), dll..
3. Sama bunyi, beda arti.
Contoh: balita (berita).
Selain
itu, ada juga beberapa kata-kata dalam Tagalog yang mirip dengan beberapa
bahasa daerah di Indonesia, contohnya:
1.
Aso = Asu, anjing (Sunda);
2.
Manok = Manuk, burung, ayam (Sunda);
3.
Ilong = Irung, hidung (Sunda);
4.
Pito = Pitu, tujuh (Jawa);
5.
Walo = Wolu, delapan (Jawa).
Manfaat
Kedekatan Tagalog dengan Bahasa Indonesia
Bahasa sebagai
alat komunikasi tentulah sangat penting. Bagi Indonesia yang memiliki banyak
hubungan kerjasama dengan berbagai negara, akan lebih baik jika memahami bahasa
negara sahabat. Terutama dengan negara tetangga yang memiliki banyak seperti
hubungan kerjasama bilateral, misalnya dengan Filipina. Berdasarkan penjabaran
diatas, Tagalog dan Bahasa Indonesia banyak memiliki kesamaan, bahkan dekat dan
satu rumpun. Dengan banyaknya kesamaan tersebut, Tagalog akan lebih mudah
dipelajari. Bagi orang-orang yang memiliki kecenderungan terhadap linguistik,
maka Tagalog bisa menjadi alternatif untuk memperluas pengetahuan akan bahasa.
Kesimpulan
1. Indonesia
dan Filipina adalah negara yang bersahabat, selain karena letaknya yang dekat,
Indonesia juga telah melakukan kerjasama dalam berbagai bidang dengan Filipina
sejak tahun 1949. Kedekatan ini, bukan hanya sebatas kepentingan politik,
tetapi juga kedekatan dalam bahasa.
2. Tagalog
dan Bahasa Indonesia masuk ke dalam rumpun Bahasa Austronesia. Rumpun ini,
merupaka salah satu rumpun bahasa terbesar dengan jumlah penutur yang banyak.
3. Kedekatan
Bahasa Indonesia dengan Tagalog dibagi ke dalam 3 jenis, yaitu sama arti-sama
bunyi, sama arti-beda bunyi, sama bunyi-beda arti. Selain itu, beberapa kata
dalam Tagalog juga mirip dengan beberapa bahasa daerah di Indonesia seperti
Sunda, dan Jawa.
Daftar Pustaka
Adelaar,
Alexander. 2005. “The Austronesian Languanges of Asia and Madagascar”, dalam Alexander Adelaar & Nikolaus P
Himmelman. London dan New York: Routledge.
Ardyanto,
Sofwan. 2009. “Kesamaan Kata Dalam
Berbagai Bahasa”. [Online]. Tersedia: http://www.kalipaksi.me/2009/04/02/kesamaan-kata-dalam-berbagai-bahasa/
yang direkam pada 2 April 2009. [25 Desember 2014].
Bellwood,
Peter. 2000. Prasejarah Kepulauan
Indo-Malaysia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Higham,
Charles. 2002. Early Cultures of Mainland
Southest Asia. Bangkok: River Books.
Samuel,
Jerome. 2005. Kasus Ajaib Bahasa Indonesia:
Pemodernan Kosakata dan Politik Peristilahan. Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.
Southworth,
Franklin. 2005. Linguistic Archeology of
South Asia. New york & London: Routledge.
Umey,
Meyjuhee. “Menurut Peter Bellwood”.
[Online]. Tersedia: https://www.academia.edu/6537190/. [25 Desember
2014].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar