Selasa, 06 Januari 2015

PERBANDINGAN BAHASA GAUL DI KALANGAN REMAJA PADA TAHUN 2001 SAMPAI DENGAN TAHUN2014 - BAGUS ANDRIANSYAH RAMADHAN (1406422)

PERBANDINGAN BAHASA GAUL DI KALANGAN REMAJA PADA TAHUN 2001 SAMPAI DENGAN TAHUN 2014
Bagus Andriansyah Ramadan (1406422)
Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak
Bahasa Gaul atau yang dikenal juga sebagai Bahasa Prokem dan Bahasa Slang, adalah bahasa Indonesia nonstandar yang awalnya muncul di Betawi tahun 1970-an. Awalnya bahasa ini digunakan di antara para prokem (preman), sehingga disebut bahasa prokem. Bahasa ini tidak memperhatikan tata bahasa, dan sangat ekspresif.

Sekitar tahun 2001, bahasa ini banyak dikembangkan. Banyak kelompok-kelompok tertentu yang mengembangkan bahasa ini dan menciptakan beberapa bahasa baru agar orang lain tidak mengerti apa yang kelompoknya bicarakan. Sampai muncullah Kamus Bahasa Gaul karangan Debby Sahertian yang akhirnya menyosialisasikan bahasa gaul khusus kepada masyarakat umum.

Kata kunci: Bahasa gaul, digunakan

Pendahuluan
Bahasa gaul sebenarnya agak tidak disenangi oleh beberapa kalangan, karena bahasa tersebut dianggap merusak dan mengancam eksistensi bahasa baku Indonesia sendiri. Namun pada kenyataannya, banyak bahasa gaul yang dikaji ulang oleh para ahli bahasa di Indonesia sehingga akhirnya menjadi bahasa resmi di Indonesia. Sebagai contoh adalah kata “jomblo” yang mengartikan seseorang yang belum mempunyai pasangan.

Bahasa gaul memang berawal dari bahasa Betawi, namun seiring perkembangannya banyak juga bahasa-bahasa daerah lain dan bahkan bahasa asing yang turut mempengaruhi. Sebagai contoh dari bahasa Sunda diserap kata “garing” yang artinya tidak lucu, “gandeng” yang artinya berisik dan “balik” yang artinya pulang. Contoh dari bahasa asing adalah berupa singkatan-singkatan seperti “LOL (Laughing Out Loud)” yang mengekspresikan tertawa terbahak-bahak akan suatu hal dan “KEPO (Knowing Every Particular Object)” yang menggambarkan seseorang yang ingin tahu secara detil akan suatu hal.

Di tahun 2001, banyak kelompok yang mengembangkan bahasa-bahasa gaul ini dan kemudian menciptakan bahasa baru. Hal ini sengaja dilakukan agar orang lain tidak mengerti apa-apa yang mereka bicarakan, agar mereka dapat dengan bebas membicarakan hal yang bersifat sensitif. Tentunya hal ini sangat berbeda dengan fungsinya pada saat ini. Saat ini bahasa gaul lebih digunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari di kalangan remaja. Mungkin sedikit merusak, namun hal ini sebenarnya mempermudah mereka para remaja dalam berkomunikasi, mengingat betapa ekspresifnya bahasa gaul itu.

Berdasarkan paparan di atas, maka masalah yang akan dibahas difokuskan dalam penggunaan bahasa gaul tahun 2001 sampai tahun 2014 di kalangan remaja saja. Adapun masalah yang akan dibahas adalah berupa perbandingan penggunaan bahasa gaul di tahun 2001 sampai dengan tahun 2014.

Metode yang saya gunakan untuk meneliti hal ini adalah metode deskripsi berdasarkan realita yang terjadi di sekitar saya.Karena bahasa adalah sesuatu yang nyata yang terjadi di antara masyarakat sekitar kita.

Manfaat yang diharapkan adalah semoga para remaja dapat mengetahui asal-usul bahasa gaul sehingga tidak asal menggunakannya saja. Dan juga diharapkan dapat dengan lebih bijaksana menggunakannya, mengingat keberadaan bahasa gaul memang sedikit mengancam bahasa baku Indonesia.

Pembahasan
Seperti yang saya paparkan di atas, bahasa gaul atau bahasa slang pada tahun 2001 lebih digunakan di kelompok tertentu saja. Hal ini disebabkan karena kelompok-kelompok tersebutlah yang mengembangkan bahasa gaul dan kemudian menciptakan kata-kata baru yang tidak dimengerti orang lain. Hal ini bertujuan agar mereka dapat dengan bebas mengobrol sesuatu yang sensitif atau mengarah kepada rahasia.

Hal ini dapat terlihat dari beberapa sinetron yang menggambarkan kehidupan remaja pada zaman tersebut. Terutama pada sinetron yang dibintangi oleh salah satu pelopor bahasa gaul di Indonesia, Debby Sahertian. Di beberapa sinetronnya seperti “Lenong Rumpi”, “Keluarga Van Danoe”, “Be-Lajang”, “Saling Silang”, “Hitam dan Putih”, “Gengsi Gede-Gedean” ataupun “Rocker Geto Loch”, saya mendapati bahwa dirinya menggunakan beragam bahasa gaul yang agak sulit dimengerti orang-orang. Hal ini membuat orang bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya Debby bicarakan.

Karena banyak orang yang penasaran akan apa saja arti dari bahasa gaul yang Debby seringkali bicarakan dalam sinetronnya, maka beliau pun merilis buku Kamus Bahasa Gaul. Hal inilah yang akhirnya menjadi titik tolak bahasa gaul untuk dijadikan alat komunikasi sehari-hari, terutama di kalangan remaja. Alasannya karena bahasa gaul itu mudah, ekspresif dan memiliki gaya tersendiri.

Tahun 2002, bahasa gaul mulai banyak diterapkan di berbagai film remaja Indonesia. Bahasa gaul dianggap memiliki karakter tersendiri yang membedakannya dengan bahasa-bahasa yang lain. Bahasa gaul dapat berupa singkatan, akronim, kosa kata, struktur kalimat, dan intonasi. Selain itu, bahasa gaul (terutama akronim) juga banyak digunakan di SMS (Short Message Service) karena keterbatasan karakter yang bisa diketik dalam SMS.

Adanya fitur SMS juga dapat dikatakan sebagai akar lahirnya bahasa alay yang tidak memperhatikan EYD dan penulisan huruf. Orang-orang dapat dengan bebas membentuk kata yang mereka maksud menggunakan gabungan angka dan huruf yang dapat menyerupai/menggambarkan kata yang dimaksud.

Di tahun 2003-2004, banyak remaja calon penyiar radio atau VJ (video jockey), yang mengembangkan kemampuan berbahasa gaul. Hal ini dikarenakan seorang penyiar/presenter muda harus komunikatif dan dapat menarik banyak pendengar/penonton.Di tahun inilah Indonesia banyak melahirkan presenter-presenter muda yang berbakat.

Di tahun 2005, bahasa gaul menjadi hal menarik untuk diperbincangkan sehingga digelarlah acara diskusi dengan tema “Bahasa Slang, Bahasa Gaul dalam Dinamika Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing” di Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional. Di tahun ini juga bahasa gaul semakin banyak digunakan oleh orang-orang karena dianggap “bahasa kota”, sehingga yang tdiak mengikutinya dianggap “ketinggalan zaman”.

Tahun 2006, adalah tahun lahirnya kata “lebay” yang digunakan untuk menyatakan sesuatu yang berelebihan.Kata ini banyak digunakan oleh remaja, diterapkan di film-film dan di beberapa acara reality show.Kata ini banyak dipopulerkan oleh presenter Raffi Ahmad dan Olga Syahputra.

Tahun 2008, akhirnya banyak dari bahasa gaul yang dimasukkan ke dalam kosakata bahasa Indonesia di Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehingga kosakata bahasa Indonesia semakin kaya. Selain itu, bahasa gaul juga mulai diterapkan pada lagu-lagu Indonesia. Salah satu pelopornya adalah Dewiq lewat lagunya yang berjudul “Bete” dimana ia berkolaborasi dengan Indra Bekti.

Tahun 2009, bahasa gaul diperkenalkan ke Australia melalui buku yang ditulis oleh pasangan Nick Molodysky dan Karina Santoso. Diketahui mereka pernah menimba ilmu bersama di University Of Sydney, sehingga Nick banyak belajar mengenai bahasa gaul darinya. Terlebih lagi, Nick memang mengambil jurusan Bahasa Indonesia. Di sinilah bahasa gaul Indonesia semakin banyak dikenal, bahkan sampai ke luar negeri.

Di tahun 2010, bahasa gaul banyak digunakan di berbagai sosial media seperti Facebook dan Twitter, seiring dengan munculnya kedua sosial media tersebut. Banyak lahir pula kata-kata gaul yang berupa singkatan-singkatan seperti “BFF (Best Friend Forever)”, “TGIF(Tank God It’s Friday)”, “BTW (By The Way)”, OTW (On The Way), dll. Di tahun ini juga kata “alay” dan “lebay” menjadi lebih populer karena banyak digunakan.Terlebih lagi memang banyak penggunaan bahasa alay di sosial media yang saya sebutkan tadi.

Di tahun 2012-2013, banyak bermunculan kata-kata baru yang semakin menambah lengkap dunia bahasa gaul. Diantaranya ada kata “Loe, Gue, End!” yang menyatakan berakhirnya hubungan diantara kedua orang, “Baryaw (Sabar ya)”, “Metyaw (Selamat ya)”, “PHP (Pemberi Harapan Palsu)”, “Harkos (Harapan Kosong)”, “Nyepik (berbicara, plesetan ‘speak’ ditambah Nye-)”, “Kamseupay (Kampungan Sekali Udik Payah)”, “Gaje (Gak Jelas)”, “Woles (Selow, plesetan ‘slow’)”, “Ucul (Lucu)”, “Unyu (Imut)”, “Prikitiw (bunyi siul jail)”. Semakin bergama sekali perkembangannya, ada yang berupa singkatan, akronim, kebalikan, ekspresi, dll. Dan semuanya digunakan di sosial media dan dalam percakapan sehari-hari pula, sehingga terkadang orang tua yang berada di sekitar remaja yang sedang menggunakan bahasa gaul, tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan mereka. Sekilas hampir kembali kepada fungsi di tahun 2001, hanya saja di sini cakupan kelompok yang mengerti dengan yang tidak mengerti bahasa gaul lebih luas, kelompok remaja dan kelompok orang tua. Secara tidak langsung, kelompok remaja menggunakan bahasa yang sulit dimengerti oleh kelompok orang tua.

Di tahun 2014, masih tidak jauh beda dengan tahun sebelumnya, namun seperti biasa semakin bertambah kosakatanya. Diantaranya “Ciyus? Mi Apah (Serius, Demi Apa?)”, “LDR (Long Distance Relationship)” yang menyatakan hubungan jarak jauh, “Hoax (Berita palsu)”, “KEPO (Knowing Every Particular Object)” yang menyatakan seseorang yang ingin tahu segalanya, “Cabe-cabean (perempuan nakal yang senang nongkrong di jalan)”, Terong-terongan (versi laki-laki dari ‘cabe-cabean’)” dan “GWS (Get Well Soon)” yang sama saja artinya dengan “Semoga Lekas Sembuh”. Dan begitulah, bahasa gaul menjadi alat komunikasi remaja namun bukan orang tua.

Penutup
Bahasa gaul terlihat berbeda fungsinya di dari tahun 2001 sampai tahun 2014, namun sebenarnya sama, hanya saja cakupannya lebih luas. Di tahun 2001, bahasa gaul hanya dimengerti oleh kelompok tertentu yang sudah mengembangkannya, tidak terbatas usia tua maupun muda. Di tahun 2014, bahasa gaul memang dijadikan alat komunikasi umum di antara para remaja, sehingga seolah-seolah seluruh orang mengerti. Namun ternyata ada satu kubu yang cukup besar yang tidak mengerti dengan bahasagaul, yaitu golongan orang tua yang kebanyakan tidak mengetahui dan tidak pula mengembangkan ataupun mempelajari bahasa gaul.

Ada sebagian golongan yang kurang menyukai perkembangan bahasa gaul dengan alasan akan mengancam eksistensi bahasa Indonesia itu sendiri. Padahal sebetulnya ada sisi positif dari bahasa gaul. Karena bahasa ini cenderung langsung mengarah kepada inti dan ekspresif, sehingga dapat menggantikan kata-kata lama di bahasa Indonesia sebenarnya sulit untuk mengungkapkan hal yang dimaksud atau kurang mengena pada hal yang dimaksud. Itulah alasan mengapa akhirnya sebagian besar dari bahasa gaul dimasukkan ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2008.

Dan kepada para remaja saat ini, sebaiknya gunakanlah bahasa gaul berimbang dengan bahasa baku Indonesia. Dengan begitu, penggunaan bahasa gaul tidak akan mengancam eksistensi bahasa Indonesia, karena dengan begitu bahasa baku Indonesia tidak akan terlupakan. Adalah sebuah hal yang baik mengkreasikan/mengembangkan bahasa gaul, mengingat keuntungannya yang telah memberikan banyak kosakata baru di Indonesia, namun tetap saja kita sebagai warga negara Indonesia, sesuai dengan Sumpah Pemuda tahun 1928 yang isinya adalah berbahasa satu bahasa Indonesia. Artinya, mau tidak mau kita harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai bahasa persatuan kita Warga Negara Indonesia.

Selain itu, orang tua juga seharusnya memiliki kemauan untuk mengetahui dan mempelajari bahasa gaul yang sedang marak saat ini. Agar orang tua dapat mengerti dan tidak ada kesenjangan antara golongan remaja dan orang tua.Karena warga negara Indonesia itu mencakup seluruhnya, tidak terkotak-kotak menjadi golongan remaja dan orang tua. Lagi pula, golongan orang tua dapat membantu mengkaji bahasa gaul agar dapat ditambahkan pada kosakata bahasa Indonesia. Orang tua juga dapat membantu membimbing golongan remaja dalam penggunaan bahasa gaul.
Pustaka Acuan
Alwynni, Noval. (2014). “Keluaraga Van Danoe”. [Online]. Tersedia: https://www.youtube.com/user/novalwynni/videos yang diakses pada 29 Desember 2014.
Australia, ABC Radio. (2014). “Bahasa Gaul Indonesia Diperkenalkan ke Australia Lewat Buku”.[Online]. Tersedia: http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2014-09-18/bahasa-gaul-indonesia-diperkenalkan-ke-australia-lewat-buku/1369671 yang diakses pada 1 Januari 2015.
Ernawati, Nuke. (2014). “Media Sosial Gunakan Bahasa Gaul Masa Kini”.[Online]. Tersedia: http://pesisirnews.com/view/Sosial/1370/Media-Sosial-Gunakan-Bahasa-Gaul-Masa-Kini.html yang diakses pada 1 Januari 2015.

Grafura, Lubis. (2006). “Pemakaian Bahasa Gaul dalam Film Renmaja Indonesia”. [Online]. Tersedia: http://lubisgrafura.wordpress.com/2006/09/12/pemakaian-bahasa-gaul-dalam-film-remaja-indonesia/ yang diakses pada 29 Desember 2014.

Muhammad, Atqo. (2010). “Perkembangan Bahasa Gaul di Indonesia”.[Online]. Tersedia: http://atqomohammed.blogspot.com/2010/03/perkembangan-bahasa-gaul-di-indonesia.html yang diakses pada 1 Januari 2015.

Nyunyu.(2012). “Bahasa Gaul Anak Zaman Sekarang”.[Online]. Tersedia: http://www.nyunyu.com/main-article/detail/bahasa-gaul-anak-zaman-sekarang#.VKcov6AYviQ yang diakses pada 3 januari 2015.

Purkon, Ujang. (2014). “Kamus Gaul Terbaru dan terlengkap 2014”.[Online]. Tersedia: http://tutulisanku.blogspot.com/2013/11/kamus-gaul-terbaru-dan-terlengkap-2014.html yang diakses pada 3 Januari 2015.

Putra, Bayu Chandra. (2013). “Bahasa Gaul dari Tahun 80’an Sampai Sekarang”.[Online]. Tersedia: http://bayucp.blogspot.com/2013/10/bahasa-gaul-dari-tahun-80an-sampai.html yang diakses pada 1 Januari 2015.

Saleh, Chairul. (T. Th.). “Bahasa Gaul Gitu Looh...”.[Online]. Tersedia: http://pelitaku.sabda.org/bahasa_gaul_gitu_looh yang diakses pada 1 Januari 2015.

Tn. (2008). “Debby Meluncurkan Buku Kamus Gaul”. [Online]. Tersedia: http://www.citraku.com/hiburan/selebritis/2008/12/5191/Debby-Meluncurkan-Buku-Kamus-Gaul yang diakses pada 29 Desember 2014.

Tn. (2010). “Perkembangan Bahasa Indonesia dari Tahun 2003 Sampai Sekarang”. [Online]. Tersedia: http://41215c4l177.wordpress.com/2010/09/29/perkembangan-bahasa-indonesia-dari-tahun-2003-sampai-sekarang/ yang diakses pada 29 Desember 2014.

Tn. (2013).“Kata Kata Gaul dan Alay Terbaru”.[Online]. Tersedia: http://www.dhecaulza.com/2012/12/kata-kata-gaul-dan-alay-terbaru.html yang diakses pada 3 Januari 2015.

Tn. (2014). “Bahasa gaul”. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_gaul yang diakses pada 29 Desember 2014.
Tn. (2014). “Bahasa prokem”. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem yang diakses pada 29 Desember 2014.
Tn. (2014). “Debby Sahertian”. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Debby_Sahertian yang diakses pada 29Desember 2014.
Tn. (2014). “Kata pada Bahasa Gaul Terpopuler 2014. [Online]. Tersedia: http://www.arenasahabat.com/2013/10/bahasa-gaul-paling-populer.htmlyang diakses pada 1 Januari 2015.

1 komentar: