Selasa, 06 Januari 2015

KANDUNGAN PUISI DALAM ANIME BLEACH - HAFIZ PRIYANSYAH (1400439)

Kandungan Puisi dalam Anime Bleach
oleh:
Hafiz Priyansyah (1400439)
Abstrak
            Bahasa dan sastra adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat lepas dari satu sama lain. Bahasa dan budaya yang beragam di tiap belahan dunia yang berbeda akan membuat sastra dengan kualitas dan ciri khas yang berbeda pula. Dalam sastra, akan ada banyak pemikiran – pemikiran dan cerita – cerita mengenai berbagai hal, termasuk di dalamnya sesuatu yang fiksi, maupun nyata adanya.
Sastra yang awalnya hanya terbuat dari carikan kertas yang penuh dengan huruf, atau panggung dengan aktor dan aktris yang bersandiwara di atasnya, diiringi musik dan lagu – lagu dengan tujuan untuk memainkan sebuah cerita, telah berevolusi menjadi novel – novel dan film – film yang bisa didapat dengan mudah. Tidak hanya itu, cara menikmatinya pun berkembang menjadi jauh lebih praktis, dari mulai dibaca langsung melalui lembaran – lembaran kertas yang dibukukan berbentuk novel atau komik, dan didengarkan atau ditonton langsung lewat teater – teater pertunjukkan puisi dan drama, menjadi cara – cara yang sangat mudah dicapai, cukup dengan membuka laptop/handphone dan dapat mulai membaca melalui e-book, dan menonton film atau drama yang sudah dibentuk menjadi video. Bahkan, ada sebuah bentuk baru dalam dunia sastra dan perfilman, adalah sebuah terobosan dari negara matahari terbit yang memperkenalkan cara baru untuk menikmati animasi dalam komik, yaitu Anime.
Anime pertama kali muncul diperkenalkan oleh orang – orang Barat pada abad 19, pada saat itu, orang – orang Barat telah menunjukkan teknologi animasi kepada masyarakat dunia, alhasil, para pembuat film Jepang tertarik dengan hal ini, hingga Anime pertama pun keluar pada tahun 1907, yaitu Katsudo Shashin (Gambar Berjalan), Anime pertama dengan durasi 3 detik. Lalu berkembanglah Anime hingga ke taraf internasional, dan merupakan salah satu lahan penghasilan menjanjikan bagi penulis – penulis manga – komik yang berasal dari Jepang – handal, karena banyak tawaran untuk mengubah animasi manga mereka menjadi Anime yang semua desain gambarnya akan mereka gambar juga. Hingga saat ini, ada tiga Anime yang berawal dari manga, yang terus menerus berada di urutan sepuluh Anime paling terkenal menurut jumlah banyaknya pembaca, dan penjualan komiknya, berdasarkan lembaga manga dan Anime terkenal Jepang, Shonen Jump, yaitu Naruto, Bleach, dan One Piece.
Bleach, telah menarik perhatian penulis dalam hal kesastraannya, terutama dalam sisi puisi, bagaimana dalam Anime Bleach, terdapat banyak ucapan – ucapan tokoh, yang sekilas memiliki beberapa unsur yang sangat berkemiripan dengan puisi – puisi yang ada. Maka dari itu, penulis akan membahas lebih jauh, dalam bagaimana Bleach memiliki unsur – unsur yang terdapat dalam puisi, sehingga ucapan – ucapan tokoh ini, dapat benar – benar dikategorikan sebagai sebuah puisi, daripada hanyalah ucapan tanpa arti dan bentuk.
Pendahuluan
Genre sastra dibagi menjadi 3 classica, yaitu epic, drama, dan puisi, namun, seiring dengan berkembangnya zaman dan karya sastra yang ada dalam masyarakat, epic mulai sering tergantikan oleh bentuk – bentuk prosa baru yang terdapat dalam novel pada abad 18, pengelompokan classica dari sastra yang lebih sering dipakai menjadi fiction, drama, dan puisi (Klarer, 1998:9).
            Puisi adalah salah satu dari beberapa jenis sastra tertua, salah satu contoh pertamanya ada di zaman Yunani kuno, namun walaupun dengan adanya sejarah lama ini, puisi lebih sulit untuk dijelaskan daripada genre lainnya. Puisi sangat dekat dengan istilah lirik, yaitu istilah yang diambil dari kata yunani, lyra, yang berarti harpa, sebuah alat musik petik yang mengacu pada pembacaan puisi, karena di zaman Yunani kuno, harpa dimainkan bersamaan ketika sedang terjadi pembacaan puisi (Klarer, 1998:28).
            Sementara itu, istilah puisi, diambil dari kata Yunani poico, yang berarti untuk membuat, atau untuk menghasilkan, yang mana ini berarti bahwa penyair adalah orang yang membuat bait – bait dalam puisi (Klarer, 1998:28).
            Unsur puisi yang dikemukakan oleh Klarer (1998) dibagi menjadi sepuluh, dan penulis akan membahas enam diantaranya yang dianggap Klarer menjadi penentu sebuah tulisan dikategorikan sebagai puisi atau bukan. Oleh karenanya, penjelasan yang terdapat pun berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Klarer. Diantaranya adalah pattern (pola), image (gambaran), metaphor (metafora), symbol (lambang), words (kata – kata), personas (persona), tone (nada), theme (tema), forms (bentuk), dan myth and allusion (mitos dan referensi). Diantaranya, penulis akan membahas pola, gambaran, metafora, simbol, persona, dan bentuk.
            Dalam Anime Bleach, terdapat beberapa perkataan tokoh didalamnya yang memiliki beberapa persamaan dengan unsur – unsur puisi yang akan dijelaskan dalam jurnal ini, baik itu saat mereka menggunakan teknik, jurus, atau kekuatan yang terdapat dalam Anime tersebut, maupun saat monolog, atau dialog antar tokoh. Penulis akan membahas apakah perkataan – perkataan tersebut dapat dikategorikan sebagai puisi atau tidak, dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan tentang fenomena – fenomena, atau kondisi yang ada sekarang ini, atau di masa lampau.
Bahan dan Metode
            Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan tentang fenomena – fenomena, atau kondisi yang ada sekarang ini, atau di masa lampau, dan metode ini dipilih oleh penulis karena sangat sesuai dengan bahan penelitian, yaitu puisi, dan Anime Bleach, yang dari dulu hingga saat ini masih terus berkembang.
           
Bahan yang digunakan pun berupa beberapa episode dan volume dari Anime dan manga Bleach, ditambah dengan beberapa baris dari ucapan tokoh ketika menggunakan sebuah teknik dalam Anime ini yang didapat dari internet untuk memperjelas dan mempermudah analisis puisi.
Setelah menonton dan membaca Anime dan manga Bleach, dan menemukan beberapa ucapan yang dapat dianalisis untuk keabsahan puisinya, kemudian dicarilah ucapan itu dalam bentuk tertulisnya untuk dianalisis lebih lanjut sebagai sebuah puisi atau bukan.
Hasil
            Apa yang didapat dari penelitian tersebut adalah beberapa baris dari ucapan tokoh – tokoh yang digunakan sebelum mengeluarkan sebuah teknik, dimana akan dibahas lebih lanjut keabsahan puisinya, dengan cara membandingkan unsur – unsur dan bentuk – bentuk puisi menurut Klarer, dengan ucapan – ucapan yang dihasilkan dari penelitian tersebut.
Pembahasan
            Dalam puisi, terdapat unsur – unsur yang meyatakan keabsahan sebuah puisi – apakah temasuk ke dalam kategori puisi atau tidak – dan dalam jurnal ini unsur puisi yang dikemukakan oleh Klarer (1998) akan menjadi acuan penulis. Unsur puisi dibagi menjadi sepuluh, dan penulis akan membahas enam diantaranya yang dianggap Klarer menjadi penentu sebuah tulisan dikategorikan sebagai puisi atau bukan. Oleh karenanya, penjelasan yang terdapat pun berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Klarer. Diantaranya adalah pattern (pola), image (gambaran), metaphor (metafora), symbol (lambang), words (kata – kata), personas (persona), tone (nada), theme (tema), forms (bentuk), dan myth and allusion (mitos dan referensi). Diantaranya, penulis akan membahas pola, gambaran, metafora, simbol, persona, dan bentuk.
A.    Pattern
Pola, atau pattern, adalah bagaimana sang penyair membuat, membangun, atau mengorganisir kata – kata yang ada dalam puisi, supaya memiliki alur yang penyair ingin pembacanya rasakan, ada empat jenis pola dalam puisi, yaitu:
1.      Puisi dapat menyatakan sebuah pertanyaan dan membuat jawabannya;
2.      Puisi dapat memainkan dua kubu atau lebih yang saling berlawanan dan menceritakan perselisihan kubu – kubu itu;
3.      Puisi dapat memiliki kontradiksi sudut pandang dan menyampaikan pesan – pesan yang terdapat dari masing – masing sudut pandang, dan;
4.      Puisi dapat membangun alurnya ke titik yang paling tinggi dan penuh konflik, sebelum akhirnya diselesaikan dengan klimaks.

B.     Image
Gambaran, atau dalam bahasa lain, image, adalah saat penggambaran, atau penunjukkan akan apa yang terdapat dalam puisi yang dibaca, sering juga disebut sebagai gambar mental dari apa yang dibaca sang pembaca di puisi. Image menunjukkan imajinasi pembaca melalui panca indra, misalnya ketika pembaca membaca “deburan ombak”, maka Image akan menunjukkan gambar mental pantai yang diterjang oleh ombak, dan suara dari ombak yang menabrak karang atau pesisir pantai.
C.     Metaphor
Metafora dalam puisi, berarti bahasa figuratif yang menyatakan perbandingan imajinatif antara suatu hal, dengan hal lainnya, metafora dibagi menjadi empat jenis dalam puisi, yaitu:
1.      Metafora itu sendiri, atau metafora biasa, yaitu perbandingan dari suatu hal dengan hal lainnya (perumpamaan), yang memiliki beberapa kesamaan, baik secara fisik, maupun karakteristik, contohnya adalah “kembang desa”, kembang desa disini bukan berarti sebuah bunga yang terdapat di desa, namun mengacu pada seorang wanita yang kecantikannya diakui oleh penduduk desa hingga dianggap sebagai wanita tercantik desa, yang membuat desa menjadi indah, layaknya karakteristik sebuah kembang;
2.      Simile, hampir sama karakteristiknya dengan metafora biasa, sama – sama mengumpamakan hal, hanya saja perbedaannya terdapat dalam cara penulisannya, simile akan selalu diikuti dengan kata – kata perbandingan antara dua hal itu, misalnya, “tangannya semerah darah”, bukan berarti tangannya benar – benar bewarna seperti darah, namun disini, darah sebagai benda yang berwarna merah, dipakai untuk menjelaskan tentang sesuatu yang berwarna merah juga, dalam kasus ini, tangan yang berwarna merah;
3.      Personifikasi, adalah sebuah bahasa figuratif untuk memberikan karakteristik – karakteristik manusia, kepada sesuatu yang bukan manusia, suatu contoh yang sesuai adalah “pedang itu menangis saat kau tebas dia”, bukan pedang yang mengeluarkan air mata, tapi mengekspresikan bahwa sang penyair mencoba menyatakan bahwa pedang tersebut tidak sepatutnya dipakai untuk membunuh orang yang dimaksud dalam perkataannya;
4.      Metonimi, atau dapat berarti juga perwakilan, karena penyebutan suatu hal, dapat mewakili suatu hal yang lebih besar, atau lebih kecil skalanya, yang sering dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu part pro toto (bagian untuk keseluruhan), dan totem pro parte (keseluruhan untuk bagian), salah satu contoh yang baik adalah “ada tiga ekor singa” yang bukan berarti hanya ekornya saja yang ada, namun ekor disini mewakili seluruh bagian yang terdapat dari singa.

D.    Symbol
Symbol adalah gambaran yang terpancar pada imajinasi pembaca, namun gambaran ini memiliki arti tambahan selain dari arti sebenarnya, contohnya adalah seekor merpati, merpati adalah burung, tapi dalam waktu yang bersamaan, merpati juga melambangkan perdamaian, jadi jika ada puisi yang mengatakan “atap rumahku tidak lagi dipenuhi merpati” dapat berati yang sebenarnya, bahwa atap rumahnya tidak lagi dipenuhi merpati, namun ada lagi makna lain, yaitu bahwa merpati tidak lagi datang ke atap rumah tersebut karena perdamaian sudah tidak lagi terdapat di rumah itu.
E.     Persona
Persona adalah suara yang berbicara dalam sebuah puisi, dalam artian ketika pembaca membaca puisi, siapakah yang paling memungkinkan untuk mengatakan hal – hal yang terdapat dalam puisi tersebut. Secara umum, ada tiga jenis persona yang bisa terdapat dalam sebuah puisi, yaitu:
1.      Autobiogriphical I, adalah saat dimana sang penyair membagikan pengalaman dan perasaannya pada pembaca puisi, dalam artian lain, yang berbicara dalam puisi tersebut adalah sang penyair;
2.      Public persona, yaitu puisi yang menyatakan suara tentang sebuah kelompok, yang memiliki kepentingan, dimana seolah – seolah sang penyair mencoba berkata sebagai perwakilan langsung dari kelompok itu;
3.      Imagined selves, dalam persona ini suara yang berkata adalah suara yang sangat berbeda jauh dan terpisah dari kondisi sang penyair. Suara yang berkata dapat menjadi seorang tokoh hayalan, atau tokoh yang terdapat dalam sejarah.

F.      Forms
Bentuk – bentuk yang bisa diambil oleh puisi memiliki dua variasi, yaitu bentuk tradisional, dan bentuk terbuka/modern. Penyair pada abad ini, berkecimpung dalam keduanya. Dalam bentuk tradisional, dikemukakan oleh Klarer bahwa sejak zaman Yunani kuno, sebuah bentuk puisi dominan sudah tersebar dan sering dipakai, yaitu puisi dalam bentuk mantra. Bentuk tradisional biasanya terdiri dari tiga hal yang tidak terdapat, atau sudah dimodifikasi dalam bentuk modern, yaitu:
1.      Rhyme, atau berarti juga rima, yaitu sebuah bunyi yang menghasilkan suara gema, akibat dari pengulangan suara yang sama dari kata akhir sebuah baris;
2.      Meter, adalah kata, atau frase yang memiliki pola stres/penekanan yang sama, dimana mungkin penekanan yang menyebabkan perbedaan arti tidak terdapat dalam Bahasa Indonesia;
3.      Stanza, adalah sebuah rancangan dari beberapa baris yang memiliki pola ejaan suku kata yang sama.
Unsur – unsur puisi di atas, terkandung dalam puisi sekarang ini, namun puisi sendiri dapat diklasifikasikan berdasarkan tiga hal lagi dalam puisi, yaitu berdasarkan temanya, bentuknya, dan isinya.
A.    Tema
Puisi berdasarkan temanya dibagi menjadi dua jenis, diantaranya:
1.      Puisi lirik, jenis puisi yang paling sering dipakai oleh penyair – penyair sekarang ini. Dalam puisi lirik, apa yang dibahas dan menjadi penopang seluruh puisi, hanya satu pemikiran, satu kejadian, atau satu kegiatan, dan kadang tidak terlalu panjang dalam hal isi dan konteks;
2.      Puisi epik, atau dapat juga disebut puisi naratif, disebut demikian karena dalam puisi naratif, ide dan kejadian yang dibahas dijelaskan dan dikembangkan sangat jelas dan lengkap hingga menjadi sebuah cerita yang lebih mirip novel, karena sangat panjang dan tidak seperti puisi lirik yang hanya membahas satu ide, namun tetaplah dalam kategori sebuah puisi.

B.     Bentuk
Berdasarkan bentuknya, puisi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1.      Sonnet, yaitu sebuah puisi yang menceritakan tentang pemikiran atau perasaan seseorang. Sonnet terdiri dari empat belas baris, dan di setiap barisnya, terdiri dari sepuluh suku kata;
2.      Quatrain, adalah puisi yang terbentuk oleh bait – bait yang terdiri dari empat baris untuk setiap baitnya, dan mengandung susunan irama tertentu yang sudah diatur oleh sang penyair;
3.      Lymmerick/Pantun, yaitu puisi dengan pengaturan irama dan bunyi akhir pada baris – baris awal, dan baris – baris akhir, untuk menyampaikan suatu ide atau pemikiran.

C.     Isi
Ada dua jenis puisi yang dapat dibedakan melalui isinya, yaitu:
1.      Epitaph, yaitu puisi yang bercerita tentang seseorang yang sudah meninggal, dan dalam puisi itu, terdapat penghormatan dan pujian terhadap orang yang sudah meninggal tersebut;
2.      Ode, adalah puisi yang mengagungkan dan memuji sebuah subjek, baik itu seseorang, maupun sebuah pemikiran, ataupun benda.
Berdasarkan hasil peneilitian yang didapat, yaitu beberapa ucapan tokoh dalam Anime Bleach yang dilakukan tepat sebelum mereka mengeluarkan kemampuan mereka dalam Anime itu, akan dianalisis dan dibuktikan, apakah ucapan itu dapat termasuk ke dalam kategori puisi, dengan cara mencari unsur – unsur puisi dan bentuk – bentuk puisi yang terkandung didalamnya.
Akan dibahas beberapa ucapan diantara ratusan ucapan yang terdapat dalam Anime Bleach. Pertama – tama adalah ucapan untuk kemampuan kido, atau yang berarti “sihir iblis”, dalam Bleach, ucapan ini dilakukan sebelum mengeluarkan kemampuan sang tokoh, yang berarti ini dapat dimaksud sebagai sebuah mantra perintah/permohonan supaya kemampuan yang dimaksud keluar dengan kekuatan penuhnya, maka dari itu, tentu terdapat cara/pola pemanggilannya, salah satu contohnya adalah mantra Rikujoukoro, atau yang dalam bahasa Indonesia berarti “penjara enam pilar cahaya”, yaitu:
"Carriage of thunder, bridge of a spinning wheel. With light, divide this into six!"
            Dalam mantra ini, terdapat pola, gambaran, dan lambang, yaitu pola memainkan alur hingga ke titik tertinggi sebelum klimaks, dengan perkataan “carriage of thunder, bridge of a spinning wheel”, sebelum akhirnya berpisah menjadi enam, sesuai dengan nama sihirnya. “Carriage of thunder, bridge of a spinning wheel” yang menggambarkan pembawa halilintar, yaitu cahaya, dan jembatan dari sebuah roda yang berputar, yang dimaksud adalah bahwa pembawa halilintar, yaitu cahaya, yang menjadi lambang dari kebenaran, merupakan penentu/jembatan kehidupan, dimana kehidupan disini, digambarkan oleh sebuah roda yang terus berputar. Satu contoh lagi, yaitu sihir bernama Shakkaho, yang berarti “meriam api merah”, dengan mantra sebagai berikut:
            "Ye lord! Mask of blood and flesh, all creation, flutter of wings, ye who bears the name of Man! Inferno and pandemonium, the sea barrier surges, march on to the south!"
                Dengan pola membangun ke titik tinggi sebelum klimaks, mantra ini memiliki persona sebagai manusia yang penuh kemunafikan, yang dihancurkan di hari akhir, dilihat dari kata “ye lord!”, yang berarti “wahai Tuhan!”, dan “inferno and pandemonium, the sea barrier surges, march on to the south!” yang berarti “pergilah ke arah Selatan!”, seolah – olah manusia munafik yang dihancurkan Tuhan di hari akhir.
Manusia munafik, didapat dari kata – kata “mask of blood and flesh, all creation, flutter of wings, ye who bears the name of man!”, yang berati “topeng yang terbuat dari darah dan daging, semua ciptaan, kepakan/kebingungan/kegemparan sayap – sayap, kau yang mengemban nama manusia!”, topeng diartikan sebagai benda yang dapat menyembunyikan kepribadian asli manusia, sementara orang lain melihat kepribadian yang dibuat oleh manusia itu, dalam artian lain, berbohong, yang merupakan kebiasaan orang munafik, dan manusia dilambangkan oleh darah dan daging, yang dapat juga dikategorikan sebagai metafor metonimi, part pro toto, dimana manusia hanya digambarkan oleh darah dan dagingnya saja. Semua ciptaan akan rusak dan hancur pada hari akhir, bersamaan dengan manusia yang berhamburan dan kebingungan di hari akhir, digambarkan oleh kepakan/kebigungan sayap – sayap yang tak tahu arah pada hari akhir.
Sementara kerusakan dan kehancuran, didapat dari “inferno and pandemonium, the sea barrier surges, march on to the south!”, yang berarti “neraka dan kekacauan, bergeloranya batas laut, pergilah ke arah Selatan!”. Neraka sebagai tujuan akhir manusia munafik, sesaat setelah kekacauan dunia di hari akhir, dan saat laut mulai naik dari batas yang seharusnya, saat itulah manusia pergi menuju kehancuran, dimana kehancuran dilamnagkan dengan arah Selatan, dimana orang – orang sering menggambarkan keadaan yang tidak diharapkan terjadi sebagai suatu hal buruk dengan ungkapan “the deal goes South”, yang berarti “persetujuannya rusak/gagal”.
Setelah “sihir iblis”, atau kido, selanjutnya adalah ucapan shikai, atau dalam bahasa Indonesia berarti “pelepasan pertama”. Dalam anime Bleach, para tokoh menggunakan pedang yang dapat memasuki dua tipe pelepasan untuk dua tipe kekuatan. Untuk melakukan pelepasan pertama, sang tokoh membutuhkan sebuah mantra perintah pada pedangnya, yang disebut sebagai shikai. Pertama, adalah shikai terpanjang dalam anime Bleach, yaitu shikai dari pedang milik Kyouraku Shunsui, Katen Kyoukotsu, yang berarti “bunga surga, tulang gila”, yaitu:
"Flower Wind Rage and Flower God Roar, Heavenly Wind Rage and Heavenly Demon Sneer"
Artinya : “Amarah angin berbunga dan deru Tuhan berbunga, amarah angin penyenang dan seringai iblis penyenang”
Dalam mantra ini, terdapat makna bahwa iblis akan terus menjadi penghalang dan pengganggu abadi untuk melawan Tuhan. “Amarah angin” menggambarkan bagaimana pertempuran antara Tuhan dan iblis sangatlah dahsyat, namun tidak nampak, atau kasat mata, bagaikan angin yang menggebu – gebu, dapat dirasakan, namun tak kasat mata. “Deru Tuhan” dan “seringai iblis” mengacu pada permulaan pertempuran Tuhan dan iblis, yaitu saat iblis menolak untuk menghormati manusia pertama ciptaan Tuhan, dan mencemoohnya karena diciptakan dari zat yang lebih rendah dari dirinya, maka saat itu juga Tuhan mengutuk iblis untuk pergi ke neraka, namun iblis meminta syarat, yaitu hingga hari akhir nanti, ia diperbolehkan untuk terus hidup dan menggoda manusia untuk menemaninya di neraka. Setelah itu, iblis menggoda manusia pertama dengan cara menunjukkan kesenangan palsu yang terdapat dalam suatu buah yang dilarang dimakan olehnya di surga, dan setelah godaan itu berhasil, kemurkaan Tuhan muncul/berbunga pada manusia pertama tersebut, dan membuangnya ke Bumi.
Kesimpulan
            Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam anime Bleach, terkandung banyak ucapan – ucapan yang setelah dianalisis untuk unsur – unsur puisi, termasuk ke dalam kategori sebuah puisi, yaitu mantra. Mantra adalah sebuah puisi dengan bentuk tradisional yang sudah disebutkan dalam kategori bentuk puisi dalam pembahasan di atas.
            Kandungan puisi tersebut dapat dilihat dalam ucapan – ucapan berupa kido dan shikai yang terdapat dalam anime Bleach, dan diucapkan oleh tokoh – tokoh didalamnya sebelum menggunakan kemampuan tokoh tersebut. Puisi tersebut mengandung banyak makna, mulai dari kehidupan, hingga hal – hal religius. Namun, sesuai dengan perkataan Klarer (1998), makna dari sebuah teks, dapat diketahui melalui tiga hal, yaitu makna dari sang pengarang, makna secara bahasa dari teks tersebut, dan makna dari sang pembaca, maka dari itu, wajar bagi penikmat anime Bleach lain, untuk memiliki tafsiran, atau makna tersendiri dari ucapan yang terdapat dalam anime Bleach.



Daftar Pustaka
Clements, Jonathan and Helen McCarthy (2001). The Anime Encyclopedia: A Guide to Japanese Animation Since 1917 (1st ed.). Stone Bridge Press.
Klarer, Mario (1998). An Introduction to Literary Theories. London: Routledge.
Laporan oleh Linda Sieg (27 Maret, 2008). "Japan finds films by early "anime" pioneers". reuters.com.
Sharp, Jasper (2009). "The First Frames of Anime". The Roots of Japanese Anime, official booklet.

Tim Dosen MKU Pendidikan Bahasa Indonesia UPI (Januari, 2014). Taktis Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Bandung: Penerbit ASAS UPI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar