Kandungan Puisi dalam Anime Bleach
oleh:
Hafiz Priyansyah (1400439)
Abstrak
Bahasa dan sastra adalah dua hal
yang saling berkaitan dan tidak dapat lepas dari satu sama lain. Bahasa dan
budaya yang beragam di tiap belahan dunia yang berbeda akan membuat sastra
dengan kualitas dan ciri khas yang berbeda pula. Dalam sastra, akan ada banyak
pemikiran – pemikiran dan cerita – cerita mengenai berbagai hal, termasuk di
dalamnya sesuatu yang fiksi, maupun nyata adanya.
Sastra yang awalnya hanya terbuat dari carikan
kertas yang penuh dengan huruf, atau panggung dengan aktor dan aktris yang bersandiwara
di atasnya, diiringi musik dan lagu – lagu dengan tujuan untuk memainkan sebuah
cerita, telah berevolusi menjadi novel – novel dan film – film yang bisa
didapat dengan mudah. Tidak hanya itu, cara menikmatinya pun berkembang menjadi
jauh lebih praktis, dari mulai dibaca langsung melalui lembaran – lembaran
kertas yang dibukukan berbentuk novel atau komik, dan didengarkan atau ditonton
langsung lewat teater – teater pertunjukkan puisi dan drama, menjadi cara –
cara yang sangat mudah dicapai, cukup dengan membuka laptop/handphone dan dapat mulai membaca
melalui e-book, dan menonton film
atau drama yang sudah dibentuk menjadi video. Bahkan, ada sebuah bentuk baru
dalam dunia sastra dan perfilman, adalah sebuah terobosan dari negara matahari
terbit yang memperkenalkan cara baru untuk menikmati animasi dalam komik, yaitu
Anime.
Anime pertama kali muncul diperkenalkan oleh
orang – orang Barat pada abad 19, pada saat itu, orang – orang Barat telah
menunjukkan teknologi animasi kepada masyarakat dunia, alhasil, para pembuat
film Jepang tertarik dengan hal ini, hingga Anime
pertama pun keluar pada tahun 1907, yaitu Katsudo
Shashin (Gambar Berjalan), Anime
pertama dengan durasi 3 detik. Lalu berkembanglah Anime hingga ke taraf internasional, dan merupakan salah satu lahan
penghasilan menjanjikan bagi penulis – penulis manga – komik yang berasal dari Jepang – handal, karena banyak
tawaran untuk mengubah animasi manga
mereka menjadi Anime yang semua
desain gambarnya akan mereka gambar juga. Hingga saat ini, ada tiga Anime yang berawal dari manga, yang terus menerus berada di urutan
sepuluh Anime paling terkenal menurut
jumlah banyaknya pembaca, dan penjualan komiknya, berdasarkan lembaga manga dan Anime terkenal Jepang, Shonen
Jump, yaitu Naruto, Bleach, dan One Piece.
Bleach, telah menarik perhatian penulis dalam
hal kesastraannya, terutama dalam sisi puisi, bagaimana dalam Anime Bleach, terdapat banyak ucapan – ucapan tokoh, yang sekilas
memiliki beberapa unsur yang sangat berkemiripan dengan puisi – puisi yang ada.
Maka dari itu, penulis akan membahas lebih jauh, dalam bagaimana Bleach memiliki unsur – unsur yang
terdapat dalam puisi, sehingga ucapan – ucapan tokoh ini, dapat benar – benar
dikategorikan sebagai sebuah puisi, daripada hanyalah ucapan tanpa arti dan
bentuk.
Pendahuluan
Genre
sastra dibagi menjadi 3
classica, yaitu epic, drama, dan puisi,
namun, seiring dengan berkembangnya zaman dan karya sastra yang ada dalam
masyarakat, epic mulai sering
tergantikan oleh bentuk – bentuk prosa baru yang terdapat dalam novel pada abad
18, pengelompokan classica dari
sastra yang lebih sering dipakai menjadi fiction,
drama, dan puisi (Klarer, 1998:9).
Puisi adalah salah satu dari
beberapa jenis sastra tertua, salah satu contoh pertamanya ada di zaman Yunani
kuno, namun walaupun dengan adanya sejarah lama ini, puisi lebih sulit untuk
dijelaskan daripada genre lainnya.
Puisi sangat dekat dengan istilah lirik,
yaitu istilah yang diambil dari kata yunani, lyra, yang berarti harpa, sebuah alat musik petik yang mengacu pada
pembacaan puisi, karena di zaman Yunani kuno, harpa dimainkan bersamaan ketika
sedang terjadi pembacaan puisi (Klarer, 1998:28).
Sementara itu, istilah puisi, diambil dari kata Yunani poico, yang berarti untuk membuat, atau
untuk menghasilkan, yang mana ini berarti bahwa penyair adalah orang yang
membuat bait – bait dalam puisi (Klarer, 1998:28).
Unsur puisi yang dikemukakan oleh
Klarer (1998) dibagi menjadi sepuluh, dan penulis akan membahas enam
diantaranya yang dianggap Klarer menjadi penentu sebuah tulisan dikategorikan
sebagai puisi atau bukan. Oleh karenanya, penjelasan yang terdapat pun
berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Klarer. Diantaranya adalah pattern (pola), image (gambaran), metaphor (metafora), symbol (lambang), words (kata – kata), personas
(persona), tone (nada), theme (tema), forms (bentuk), dan myth
and allusion (mitos dan referensi). Diantaranya, penulis akan membahas
pola, gambaran, metafora, simbol, persona, dan bentuk.
Dalam Anime Bleach, terdapat
beberapa perkataan tokoh didalamnya yang memiliki beberapa persamaan dengan
unsur – unsur puisi yang akan dijelaskan dalam jurnal ini, baik itu saat mereka
menggunakan teknik, jurus, atau kekuatan yang terdapat dalam Anime tersebut, maupun saat monolog,
atau dialog antar tokoh. Penulis akan membahas apakah perkataan – perkataan
tersebut dapat dikategorikan sebagai puisi atau tidak, dengan menggunakan
metode penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk
menganalisis dan menjelaskan tentang fenomena – fenomena, atau kondisi yang ada
sekarang ini, atau di masa lampau.
Bahan dan Metode
Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis dan
menjelaskan tentang fenomena – fenomena, atau kondisi yang ada sekarang ini,
atau di masa lampau, dan metode ini dipilih oleh penulis karena sangat sesuai
dengan bahan penelitian, yaitu puisi, dan Anime
Bleach, yang dari dulu hingga saat
ini masih terus berkembang.
Bahan yang digunakan pun berupa beberapa episode dan
volume dari Anime dan manga Bleach, ditambah dengan beberapa baris
dari ucapan tokoh ketika menggunakan sebuah teknik dalam Anime ini yang didapat dari internet untuk memperjelas dan
mempermudah analisis puisi.
Setelah menonton dan membaca Anime dan manga Bleach,
dan menemukan beberapa ucapan yang dapat dianalisis untuk keabsahan puisinya,
kemudian dicarilah ucapan itu dalam bentuk tertulisnya untuk dianalisis lebih
lanjut sebagai sebuah puisi atau bukan.
Hasil
Apa yang didapat dari penelitian
tersebut adalah beberapa baris dari ucapan tokoh – tokoh yang digunakan sebelum
mengeluarkan sebuah teknik, dimana akan dibahas lebih lanjut keabsahan
puisinya, dengan cara membandingkan unsur – unsur dan bentuk – bentuk puisi
menurut Klarer, dengan ucapan – ucapan yang dihasilkan dari penelitian
tersebut.
Pembahasan
Dalam puisi, terdapat unsur – unsur
yang meyatakan keabsahan sebuah puisi – apakah temasuk ke dalam kategori puisi
atau tidak – dan dalam jurnal ini unsur puisi yang dikemukakan oleh Klarer
(1998) akan menjadi acuan penulis. Unsur puisi dibagi menjadi sepuluh, dan
penulis akan membahas enam diantaranya yang dianggap Klarer menjadi penentu
sebuah tulisan dikategorikan sebagai puisi atau bukan. Oleh karenanya,
penjelasan yang terdapat pun berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Klarer.
Diantaranya adalah pattern (pola), image (gambaran), metaphor (metafora), symbol
(lambang), words (kata – kata), personas (persona), tone (nada), theme (tema), forms (bentuk), dan myth and allusion (mitos dan referensi).
Diantaranya, penulis akan membahas pola, gambaran, metafora, simbol, persona,
dan bentuk.
A. Pattern
Pola, atau pattern,
adalah bagaimana sang penyair membuat, membangun, atau mengorganisir kata –
kata yang ada dalam puisi, supaya memiliki alur yang penyair ingin pembacanya
rasakan, ada empat jenis pola dalam puisi, yaitu:
1.
Puisi
dapat menyatakan sebuah pertanyaan dan membuat jawabannya;
2.
Puisi
dapat memainkan dua kubu atau lebih yang saling berlawanan dan menceritakan perselisihan
kubu – kubu itu;
3.
Puisi
dapat memiliki kontradiksi sudut pandang dan menyampaikan pesan – pesan yang
terdapat dari masing – masing sudut pandang, dan;
4.
Puisi
dapat membangun alurnya ke titik yang paling tinggi dan penuh konflik, sebelum
akhirnya diselesaikan dengan klimaks.
B. Image
Gambaran, atau dalam bahasa lain, image, adalah saat penggambaran, atau
penunjukkan akan apa yang terdapat dalam puisi yang dibaca, sering juga disebut
sebagai gambar mental dari apa yang dibaca sang pembaca di puisi. Image menunjukkan imajinasi pembaca
melalui panca indra, misalnya ketika pembaca membaca “deburan ombak”, maka Image akan menunjukkan gambar mental
pantai yang diterjang oleh ombak, dan suara dari ombak yang menabrak karang
atau pesisir pantai.
C. Metaphor
Metafora dalam puisi, berarti bahasa figuratif yang
menyatakan perbandingan imajinatif antara suatu hal, dengan hal lainnya,
metafora dibagi menjadi empat jenis dalam puisi, yaitu:
1.
Metafora itu sendiri, atau metafora biasa, yaitu
perbandingan dari suatu hal dengan hal lainnya (perumpamaan), yang memiliki
beberapa kesamaan, baik secara fisik, maupun karakteristik, contohnya adalah
“kembang desa”, kembang desa disini bukan berarti sebuah bunga yang terdapat di
desa, namun mengacu pada seorang wanita yang kecantikannya diakui oleh penduduk
desa hingga dianggap sebagai wanita tercantik desa, yang membuat desa menjadi
indah, layaknya karakteristik sebuah kembang;
2.
Simile, hampir sama karakteristiknya dengan metafora
biasa, sama – sama mengumpamakan hal, hanya saja perbedaannya terdapat dalam
cara penulisannya, simile akan selalu diikuti dengan kata – kata perbandingan antara
dua hal itu, misalnya, “tangannya semerah darah”, bukan berarti tangannya benar
– benar bewarna seperti darah, namun disini, darah sebagai benda yang berwarna
merah, dipakai untuk menjelaskan tentang sesuatu yang berwarna merah juga,
dalam kasus ini, tangan yang berwarna merah;
3.
Personifikasi, adalah sebuah bahasa figuratif untuk memberikan
karakteristik – karakteristik manusia, kepada sesuatu yang bukan manusia, suatu
contoh yang sesuai adalah “pedang itu menangis saat kau tebas dia”, bukan
pedang yang mengeluarkan air mata, tapi mengekspresikan bahwa sang penyair
mencoba menyatakan bahwa pedang tersebut tidak sepatutnya dipakai untuk
membunuh orang yang dimaksud dalam perkataannya;
4.
Metonimi, atau dapat berarti juga perwakilan, karena
penyebutan suatu hal, dapat mewakili suatu hal yang lebih besar, atau lebih
kecil skalanya, yang sering dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu part pro toto (bagian untuk
keseluruhan), dan totem pro parte (keseluruhan
untuk bagian), salah satu contoh yang baik adalah “ada tiga ekor singa” yang
bukan berarti hanya ekornya saja yang ada, namun ekor disini mewakili seluruh
bagian yang terdapat dari singa.
D. Symbol
Symbol adalah gambaran yang terpancar pada
imajinasi pembaca, namun gambaran ini memiliki arti tambahan selain dari arti
sebenarnya, contohnya adalah seekor merpati, merpati adalah burung, tapi dalam
waktu yang bersamaan, merpati juga melambangkan perdamaian, jadi jika ada puisi
yang mengatakan “atap rumahku tidak lagi dipenuhi merpati” dapat berati yang
sebenarnya, bahwa atap rumahnya tidak lagi dipenuhi merpati, namun ada lagi
makna lain, yaitu bahwa merpati tidak lagi datang ke atap rumah tersebut karena
perdamaian sudah tidak lagi terdapat di rumah itu.
E. Persona
Persona adalah suara yang berbicara dalam sebuah
puisi, dalam artian ketika pembaca membaca puisi, siapakah yang paling
memungkinkan untuk mengatakan hal – hal yang terdapat dalam puisi tersebut.
Secara umum, ada tiga jenis persona yang bisa terdapat dalam sebuah puisi,
yaitu:
1. Autobiogriphical
I, adalah saat dimana
sang penyair membagikan pengalaman dan perasaannya pada pembaca puisi, dalam
artian lain, yang berbicara dalam puisi tersebut adalah sang penyair;
2. Public
persona, yaitu puisi
yang menyatakan suara tentang sebuah kelompok, yang memiliki kepentingan,
dimana seolah – seolah sang penyair mencoba berkata sebagai perwakilan langsung
dari kelompok itu;
3. Imagined
selves, dalam persona ini
suara yang berkata adalah suara yang sangat berbeda jauh dan terpisah dari
kondisi sang penyair. Suara yang berkata dapat menjadi seorang tokoh hayalan,
atau tokoh yang terdapat dalam sejarah.
F. Forms
Bentuk – bentuk yang bisa diambil oleh puisi
memiliki dua variasi, yaitu bentuk tradisional, dan bentuk terbuka/modern.
Penyair pada abad ini, berkecimpung dalam keduanya. Dalam bentuk tradisional,
dikemukakan oleh Klarer bahwa sejak zaman Yunani kuno, sebuah bentuk puisi
dominan sudah tersebar dan sering dipakai, yaitu puisi dalam bentuk mantra. Bentuk
tradisional biasanya terdiri dari tiga hal yang tidak terdapat, atau sudah
dimodifikasi dalam bentuk modern, yaitu:
1.
Rhyme, atau berarti juga rima, yaitu sebuah bunyi yang
menghasilkan suara gema, akibat dari pengulangan suara yang sama dari kata
akhir sebuah baris;
2.
Meter, adalah
kata, atau frase yang memiliki pola stres/penekanan yang sama, dimana mungkin
penekanan yang menyebabkan perbedaan arti tidak terdapat dalam Bahasa
Indonesia;
3.
Stanza, adalah sebuah rancangan dari beberapa baris yang
memiliki pola ejaan suku kata yang sama.
Unsur – unsur puisi di atas, terkandung dalam puisi
sekarang ini, namun puisi sendiri dapat diklasifikasikan berdasarkan tiga hal lagi
dalam puisi, yaitu berdasarkan temanya, bentuknya, dan isinya.
A.
Tema
Puisi berdasarkan temanya dibagi menjadi dua jenis,
diantaranya:
1.
Puisi
lirik, jenis puisi yang paling sering dipakai oleh penyair – penyair sekarang
ini. Dalam puisi lirik, apa yang dibahas dan menjadi penopang seluruh puisi,
hanya satu pemikiran, satu kejadian, atau satu kegiatan, dan kadang tidak
terlalu panjang dalam hal isi dan konteks;
2.
Puisi
epik, atau dapat juga disebut puisi naratif, disebut demikian karena dalam
puisi naratif, ide dan kejadian yang dibahas dijelaskan dan dikembangkan sangat
jelas dan lengkap hingga menjadi sebuah cerita yang lebih mirip novel, karena
sangat panjang dan tidak seperti puisi lirik yang hanya membahas satu ide,
namun tetaplah dalam kategori sebuah puisi.
B.
Bentuk
Berdasarkan bentuknya, puisi dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu:
1.
Sonnet, yaitu
sebuah puisi yang menceritakan tentang pemikiran atau perasaan seseorang. Sonnet terdiri dari empat belas baris,
dan di setiap barisnya, terdiri dari sepuluh suku kata;
2.
Quatrain, adalah puisi yang terbentuk oleh bait – bait yang
terdiri dari empat baris untuk setiap baitnya, dan mengandung susunan irama
tertentu yang sudah diatur oleh sang penyair;
3.
Lymmerick/Pantun, yaitu puisi dengan pengaturan irama dan
bunyi akhir pada baris – baris awal, dan baris – baris akhir, untuk
menyampaikan suatu ide atau pemikiran.
C.
Isi
Ada dua jenis puisi yang dapat dibedakan melalui
isinya, yaitu:
1.
Epitaph, yaitu puisi yang bercerita tentang seseorang yang
sudah meninggal, dan dalam puisi itu, terdapat penghormatan dan pujian terhadap
orang yang sudah meninggal tersebut;
2.
Ode, adalah puisi yang mengagungkan dan memuji sebuah
subjek, baik itu seseorang, maupun sebuah pemikiran, ataupun benda.
Berdasarkan hasil peneilitian yang didapat, yaitu
beberapa ucapan tokoh dalam Anime Bleach yang dilakukan tepat sebelum
mereka mengeluarkan kemampuan mereka dalam Anime
itu, akan dianalisis dan dibuktikan, apakah ucapan itu dapat termasuk ke dalam
kategori puisi, dengan cara mencari unsur – unsur puisi dan bentuk – bentuk
puisi yang terkandung didalamnya.
Akan dibahas beberapa ucapan diantara ratusan ucapan
yang terdapat dalam Anime Bleach. Pertama – tama adalah ucapan
untuk kemampuan kido, atau yang
berarti “sihir iblis”, dalam Bleach,
ucapan ini dilakukan sebelum mengeluarkan kemampuan sang tokoh, yang berarti
ini dapat dimaksud sebagai sebuah mantra perintah/permohonan supaya kemampuan
yang dimaksud keluar dengan kekuatan penuhnya, maka dari itu, tentu terdapat cara/pola
pemanggilannya, salah satu contohnya adalah mantra Rikujoukoro, atau yang dalam bahasa Indonesia berarti “penjara enam
pilar cahaya”, yaitu:
"Carriage of thunder,
bridge of a spinning wheel. With light, divide this into six!"
Dalam mantra ini, terdapat pola,
gambaran, dan lambang, yaitu pola memainkan alur hingga ke titik tertinggi
sebelum klimaks, dengan perkataan “carriage of thunder, bridge of a spinning
wheel”, sebelum akhirnya berpisah menjadi enam, sesuai dengan nama sihirnya. “Carriage
of thunder, bridge of a spinning wheel” yang menggambarkan pembawa halilintar,
yaitu cahaya, dan jembatan dari sebuah roda yang berputar, yang dimaksud adalah
bahwa pembawa halilintar, yaitu cahaya, yang menjadi lambang dari kebenaran,
merupakan penentu/jembatan kehidupan, dimana kehidupan disini, digambarkan oleh
sebuah roda yang terus berputar. Satu contoh lagi, yaitu sihir bernama Shakkaho, yang berarti “meriam api
merah”, dengan mantra sebagai berikut:
"Ye lord! Mask of blood and flesh,
all creation, flutter of wings, ye who bears the name of Man! Inferno and
pandemonium, the sea barrier surges, march on to the south!"
Dengan pola
membangun ke titik tinggi sebelum klimaks, mantra ini memiliki persona sebagai
manusia yang penuh kemunafikan, yang dihancurkan di hari akhir, dilihat dari
kata “ye lord!”, yang berarti “wahai Tuhan!”, dan “inferno and pandemonium, the
sea barrier surges, march on to the south!” yang berarti “pergilah ke arah
Selatan!”, seolah – olah manusia munafik yang dihancurkan Tuhan di hari akhir.
Manusia munafik, didapat
dari kata – kata “mask of blood and flesh, all creation, flutter of wings, ye
who bears the name of man!”, yang berati “topeng yang terbuat dari darah dan
daging, semua ciptaan, kepakan/kebingungan/kegemparan sayap – sayap, kau yang
mengemban nama manusia!”, topeng diartikan sebagai benda yang dapat
menyembunyikan kepribadian asli manusia, sementara orang lain melihat
kepribadian yang dibuat oleh manusia itu, dalam artian lain, berbohong, yang
merupakan kebiasaan orang munafik, dan manusia dilambangkan oleh darah dan
daging, yang dapat juga dikategorikan sebagai metafor metonimi, part pro
toto, dimana manusia hanya digambarkan oleh darah dan dagingnya saja. Semua
ciptaan akan rusak dan hancur pada hari akhir, bersamaan dengan manusia yang berhamburan
dan kebingungan di hari akhir, digambarkan oleh kepakan/kebigungan sayap –
sayap yang tak tahu arah pada hari akhir.
Sementara kerusakan dan
kehancuran, didapat dari “inferno and pandemonium, the sea barrier surges,
march on to the south!”, yang berarti “neraka dan kekacauan, bergeloranya batas
laut, pergilah ke arah Selatan!”. Neraka sebagai tujuan akhir manusia munafik,
sesaat setelah kekacauan dunia di hari akhir, dan saat laut mulai naik dari
batas yang seharusnya, saat itulah manusia pergi menuju kehancuran, dimana
kehancuran dilamnagkan dengan arah Selatan, dimana orang – orang sering
menggambarkan keadaan yang tidak diharapkan terjadi sebagai suatu hal buruk
dengan ungkapan “the deal goes South”, yang berarti “persetujuannya
rusak/gagal”.
Setelah “sihir iblis”, atau kido, selanjutnya adalah ucapan shikai,
atau dalam bahasa Indonesia berarti “pelepasan pertama”. Dalam anime Bleach, para tokoh menggunakan pedang yang dapat memasuki dua tipe
pelepasan untuk dua tipe kekuatan. Untuk melakukan pelepasan pertama, sang
tokoh membutuhkan sebuah mantra perintah pada pedangnya, yang disebut sebagai shikai. Pertama, adalah shikai terpanjang dalam anime Bleach, yaitu shikai dari
pedang milik Kyouraku Shunsui, Katen
Kyoukotsu, yang berarti “bunga surga, tulang gila”, yaitu:
"Flower Wind Rage and Flower God Roar,
Heavenly Wind Rage and Heavenly Demon Sneer"
Artinya : “Amarah angin
berbunga dan deru Tuhan berbunga, amarah angin penyenang dan seringai iblis
penyenang”
Dalam mantra ini, terdapat makna bahwa iblis akan
terus menjadi penghalang dan pengganggu abadi untuk melawan Tuhan. “Amarah
angin” menggambarkan bagaimana pertempuran antara Tuhan dan iblis sangatlah
dahsyat, namun tidak nampak, atau kasat mata, bagaikan angin yang menggebu –
gebu, dapat dirasakan, namun tak kasat mata. “Deru Tuhan” dan “seringai iblis”
mengacu pada permulaan pertempuran Tuhan dan iblis, yaitu saat iblis menolak
untuk menghormati manusia pertama ciptaan Tuhan, dan mencemoohnya karena
diciptakan dari zat yang lebih rendah dari dirinya, maka saat itu juga Tuhan
mengutuk iblis untuk pergi ke neraka, namun iblis meminta syarat, yaitu hingga
hari akhir nanti, ia diperbolehkan untuk terus hidup dan menggoda manusia untuk
menemaninya di neraka. Setelah itu, iblis menggoda manusia pertama dengan cara
menunjukkan kesenangan palsu yang terdapat dalam suatu buah yang dilarang
dimakan olehnya di surga, dan setelah godaan itu berhasil, kemurkaan Tuhan
muncul/berbunga pada manusia pertama tersebut, dan membuangnya ke Bumi.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam anime Bleach, terkandung
banyak ucapan – ucapan yang setelah dianalisis untuk unsur – unsur puisi,
termasuk ke dalam kategori sebuah puisi, yaitu mantra. Mantra adalah sebuah
puisi dengan bentuk tradisional yang sudah disebutkan dalam kategori bentuk
puisi dalam pembahasan di atas.
Kandungan puisi tersebut dapat
dilihat dalam ucapan – ucapan berupa kido
dan shikai yang terdapat dalam anime Bleach, dan diucapkan oleh tokoh – tokoh didalamnya sebelum
menggunakan kemampuan tokoh tersebut. Puisi tersebut mengandung banyak makna,
mulai dari kehidupan, hingga hal – hal religius. Namun, sesuai dengan perkataan
Klarer (1998), makna dari sebuah teks, dapat diketahui melalui tiga hal, yaitu
makna dari sang pengarang, makna secara bahasa dari teks tersebut, dan makna
dari sang pembaca, maka dari itu, wajar bagi penikmat anime Bleach lain, untuk
memiliki tafsiran, atau makna tersendiri dari ucapan yang terdapat dalam anime Bleach.
Daftar Pustaka
Clements, Jonathan and Helen McCarthy (2001).
The Anime Encyclopedia: A Guide to Japanese Animation Since 1917 (1st
ed.). Stone Bridge Press.
http://bleach.wikia.com/wiki/Kyouraku_Shunsui
Klarer,
Mario (1998). An Introduction to Literary
Theories. London: Routledge.
Laporan
oleh Linda Sieg (27 Maret, 2008). "Japan finds films by early "anime"
pioneers". reuters.com.
Sharp, Jasper (2009). "The First
Frames of Anime". The Roots of Japanese Anime, official booklet.
Tim
Dosen MKU Pendidikan Bahasa Indonesia UPI (Januari, 2014). Taktis Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Bandung: Penerbit
ASAS UPI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar