Selasa, 06 Januari 2015

FENOMENA MUNCULNYA BAHASA ALAY DI KALANGAN REMAJA INDONESIA - ANNISA FAUZIAH

FENOMENA MUNCULNYA BAHASA ALAY DI KALANGAN REMAJA INDONESIA

Annisa Fauziah
Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra,
Universitas Pendidikan Indonesia


 Abstrak

Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi antar masyarakat Indonesia. Namun, sekarang bukan hanya bahasa Indonesia yang digunakan secara umum, bahasa Alay pun ikut mengambil andil dalam proses perkembangan bahasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami penggunaan bahasa Alay di kalangan remaja Indonesia serta mengetahui dan memahami pengaruh bahasa Alay terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif terhadap data yang berupa tulisan atau dokumen. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data tulisan pada akun media sosial twitter dan facebook. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menganalisis dokumen tertulis dan melakukan observasi terhadap aktivitas remaja Indonesia khususnya di media sosial twitter dan facebook. Remaja Indonesia memang senang berekspresi, salah satunya adalah dengan penggunaan bahasa Alay itu sendiri. Mereka menggunakan bahasa tersebut sebagai alat untuk mendamaikan suasana, mengakrabkan antar teman dan juga sebagai ciri khas seseorang atau suatu golongan. Terdapat banyak sekali perubahan kata dalam bahasa Alay, mulai dari pemenggalan leksem, penyingkatan, penggunaan huruf kapital yang berlebihan dan juga tanda baca yang tidak pada tempatnya. Penelitian ini juga menunjukan bahwa banyak sekali remaja Indonesia yang lebih pandai berbahasa Alay daripada berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kata kunci : Bahasa Alay, Bahasa Indonesia, Media Sosial, Remaja, Komunikasi.

1.      Pendahuluan

Remaja merupakan salah satu aset penting di suatu negara, apalagi di negara seperti Indonesia. Remaja menjadi harapan masyarakat untuk meneruskan pembangungan negara, baik itu dalam bidang politik, pendidikan maupun budaya. Namun, seiring berjalannya dunia modern saat ini, ketertarikan remaja untuk ikut berpartisipasi dalam kemajuan dan kelangsungan negara semakin tergerus oleh berbagai pembaharuan dunia, khususnya di bidang teknologi. Seperti masalah yang akan penulis teliti kali ini, yaitu mengenai besarnya pengaruh teknologi media sosial terhadap penggunaan bahasa sehari-hari.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan negara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam sumpah pemuda, yaitu kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Namun, sekarang bahasa Indonesia sudah mulai tergantikan dengan munculnya bahasa-bahasa baru yang hanya dimengerti oleh kalangan tertentu, akibat terlalu sering menggunakan media sosial. Bahasa itu kemudian kita kenal dengan istilah bahasa Alay. Bahasa Alay merupakan bahasa yang tercipta secara tidak sengaja di kalangan remaja seiring dengan intensitas pergaulan mereka di dunia maya. Hal ini tentu sangat mengancam keberadaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai alat komunikasi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : bagaimana proses kemunculan bahasa Alay di kalangan remaja Indonesia?; apakah penggunaan bahasa Alay berpengaruh besar terhadap pemakaian bahasa Indonesia?; bagaimana upaya mengatasi penyebaran bahasa Alay di Indonesia?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : mengetahui dan memahami penggunaan bahasa Alay di kalangan remaja Indonesia; mengetahui dan memahami pengaruh bahasa Alay terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.





2.       Metode

Pada penelitian kali ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif karena penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini. Sedangkan pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif  dan data dalam penelitian ini merupakan tulisan yang diambil dari akun facebook dan twitter dengan tetap menjaga kerahasiaan identitas responden. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menganalisis dokumen tertulis dan melakukan observasi terhadap aktivitas remaja Indonesia khususnya di media sosial twitter dan facebook.
Penelitian ini dilakukan pada remaja Indonesia yang masih duduk di kursi SMP dan SMA sekitar usia 12-18 tahun, karena pada usia tersebut remaja mengalami tahap perkembangan diri yang paling menentukan kepribadiaanya di masa depan. Data diambil sepanjang bulan Januari 2015 sebanyak 50 (lima puluh) buah dari akun facebook dan twitter. Selanjutnya, data diidentifikasi dan dikelompokkan berdasarkan beberapa kelompok, yaitu penyingkatan kata dan penggunaan huruf kapital yang kurang tepat.

3.       Hasil

capture-20150105-214209.png       

Gambar 1
capture-20150105-212643.jpg




Gambar 2

capture-20150105-214327.png



Gambar 3


capture-20150105-213856.png




Gambar 4

capture-20150105-215439.png





Gambar 5



4.       Pembahasan

Pada era modern seperti sekarang ini, semakin banyak teknologi-teknologi canggih yang bermunculan, terutama dalam bidang komunikasi dan sosial. Bisa berkomunikasi dengan teman-teman sekolah dan orang-orang di belahan bumi lain tentunya menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para remaja Indonesia sehingga mereka menggunakan berbagai media sosial yang tersedia. Beberapa diantara media sosial yang paling banyak diminati oleh kaum remaja adalah facebook dan twitter. Facebook pertama kali muncul di Indonesia pada tahun 2009 dan langsung menyedot perhatian masyarakat khususnya remaja. Twitter pun tidak kalah menarik bagi para remaja.. Bisa dibilang facebook dan twitter merupakan buku penuntun bersosialisasi di dunia maya karena banyaknya remaja yang tertarik menjadi penggunanya. Namun, seiring berjalannya waktu, para remaja mulai terpengaruh dengan penggunaan bahasa pada facebook dan twitter.
Seperti yang terlihat pada bebarapa potongan gambar pada bagian hasil. Nampak jelas terjadi banyak sekali kesalahan ejaan maupun tanda baca. Pada gambar 1 sampai 5 dapat dilihat terjadi pemendekan atau singkatan kata yang kurang tepat, seperti pada kata “mskpn” dan kata “pdaqu” yang sama sekali tidak sesuai dengan EYD. Penyingkatan kata seperti itu dikenal dengan istilah abreviasi yang berarti penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata. Selain itu, penggunaan huruf kapital yang tidak pada tempatnya dan berlebihan juga nampak jelas pada gambar di atas, seperti pada kata “sMgt” dan “Dlu”. Padahal, huruf kapital seharusnya digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat ataupun awal kata gelar kehormatan. Lalu pada gambar 5, tak ada satu pun kata yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Kemunculan bahasa inilah yang kemudian kita kenal dengan istilah bahasa Alay. Bahasa Alay adalah bahasa yang digunakan oleh kebanyakan pengguna media sosial seperti twitter dan facebook di Indonesia akibat dari keinginan yang sangat besar untuk disebut sebagai remaja gaul. Kata “gaul” inilah yang kemudian disalahartikan oleh remaja Indonesia. Salah satunya adalah dengan mengubah gaya bahasa mereka dan cenderung menciptakan bahasa baru.
Pengakuan yang dibuat pihak facebook sendiri bahwa facebook merupakan zat adiktif kumulatif, dimana ketika seorang pengguna telah ketagihan maka mereka tidak akan pernah bisa berhenti untuk bermain facebook. Banyak aktifitas yang ditinggalkan dan diganti dengan bermain facebook, seperti bermain dengan teman sebaya, belajar, beres-beres, dan hal-hal sederhana lain yang seharusnya dilakukan oleh remaja pada umumnya.
Aziz et al. (2014:139) mengungkapkan bahwa ada empat tujuan penyempurnaan ejaan, yaitu :
1.       Menyesuaikan ejaan bahasa Indonesia dengan perkembangan bahasa Indonesia,
2.       Membina ketertiban dalam penulisan huruf dan tanda baca
3.       Usaha pembakuan bahasa Indonesia,
4.       Mendorong pengembangan bahasa Indonesia.

Fenomena kemunculan bahasa Alay yang banyak digunakan oleh kalangan remaja Indonesia jelas tidak sesuai dengan tujuan di atas, bahkan sangat bertolak belakang. Inilah yang menjadi kekhawatiran penulis saat ini, karena tidak dapat dipungkiri dampak negatif dari penggunaan bahasa Alay oleh remaja sudah mulai terasa. Mereka semakin sulit untuk memahami dan menerapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan cenderung menggunakan bahasa Alay dalam berkomunikasi, baik dengan teman sebaya, maupun dengan orangtua. Hal ini terlihat dari perkataan-perkataannya lewat media sosial, juga dari cara berbicara remaja Indonesia saat ini. Penggunaan kata “bingits” dan juga “cemungut” contohnya, kata-kata tersebut sudah menjadi lazim di kalangan remaja Indonesia saat ini.
Bila ditinjau dari segi perkembangan diri remaja, hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Seperti yang kita ketahui, remaja sering menggunakan bahasanya sendiri dalam pergaulan dengan teman. Mereka melakukan hal tersebut agar bisa membuat suasana lebih akrab, berekspresi diri, dan juga menjadikan ciri khas dalam dirinya yang berbeda dengan orang lain. Namun, jika dilihat dari segi kebudayaan Indonesia, hal ini tentu tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena remaja Indonesia sudah sepatutnya menjalankan kewajiban sebagai penerus bangsa dan jangan sampai membiarkan bahasa Indonesia terhapus dari pergaulan remajanya.
Oleh karena itu, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus diterapkan sedini mungkin, dan harus dimaksimalkan. Misalnya, gantilah bahasa sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia, tetapi tidak perlu baku. Kemudian bahasa pengantar di sekolah juga sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia, agar siswa khususnya remaja terbiasa dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sementara untuk penggunaan akun media sosial, sebaiknya dikurangi intensitasnya. Hal ini bisa dibantu oleh orangtua dari para remaja dengan cara mengawasi anaknya agar tidak terlalu sering berkomunikasi di dunia maya, melainkan berkomunikasi di dunia nyata.

5.       Kesimpulan

Penelitian ini menunjukan bahwa banyak sekali remaja Indonesia yang lebih pandai berbahasa Alay daripada berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini memang lazim dilihat dari perkembangan diri remaja, karena pada umur tersebut remaja masih belum menemukan jati diri yang sebenarnya, sehingga masih menjadi pengikut orang lain. Namun, dilihat dari segi kebudayaan Indonesia, penelitian ini juga menunjukan bahwa bahasa Alay memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang semakin mengkhawatirkan. Para remaja semakin sulit untuk memahami Ejaan Yang Disempurnakan karena banyaknya bahasa-bahasa yang mereka ciptakan sendiri. Oleh karena itu, penggunaan bahasa Indonesia harus digunakan secara maksimal dan umum, di manapun dan kapanpun.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan remaja Indonesia misalnya dengan mengganti bahasa sehari-hari di rumah menjadi bahasa Indonesia, dan bahasa pengantar di sekolah pun menjadi bahasa Indonesia.

6.       Daftar Pustaka

-          Firman, Welsi. Dkk. (2014). Taktis Berbahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. Bandung : asaupi.
-          Permatasari, Nanda. (2013). Abreviasi, Afiksasi, dan Reduplikasi Ragam Bahasa Remaja dalam Media Sosial Facebook. 3-5.
-          Robby. (2012). “Konsep Dan Macam-Macam Metode Penelitian”. [Online]. Tersedia:  http://karobby.wordpress.com/2012/05/12/konsep-dan-macam-macam-metode-penelitian/ yang direkam pada 12 Mei 2012. [6 Januari 2015].
-          Siregar, A. Ridwan. (2013). “Desain, Format, dan Isi Jurnal Ilmiah”. [Online]. Tersedia: http://www.slideshare.net/hijirslideshare14/format-jurnal-ilmiah yang direkam pada 16 Juni 2013. [6 Januari 2015].

-         Kasali, Rhenald. (2011). Cracking Zone: Bagaimana Memetakan Perubahan Di Abad Ke-21 & Keluar Dari Perangkap Comfort Zone. Jakarta : Gramedia.

-          Alwi, Hasan. dkk. (2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

-          Juju, Dominikus. (2010). Hitam Dan Putih Facebook. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar