FENOMENA
MUNCULNYA BAHASA ALAY DI KALANGAN REMAJA INDONESIA
Annisa Fauziah
Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Pendidikan Bahasa
dan Sastra,
Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak
Bahasa
Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi antar masyarakat Indonesia. Namun,
sekarang bukan hanya bahasa Indonesia yang digunakan secara umum, bahasa Alay
pun ikut mengambil andil dalam proses perkembangan bahasa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan memahami penggunaan bahasa Alay di kalangan
remaja Indonesia serta mengetahui dan memahami pengaruh bahasa Alay terhadap
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penulis menggunakan metode
penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif terhadap data yang berupa
tulisan atau dokumen. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data
tulisan pada akun media sosial twitter dan facebook. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan menganalisis dokumen tertulis dan melakukan observasi
terhadap aktivitas remaja Indonesia khususnya di media sosial twitter dan
facebook. Remaja Indonesia memang senang berekspresi, salah satunya adalah
dengan penggunaan bahasa Alay itu sendiri. Mereka menggunakan bahasa tersebut
sebagai alat untuk mendamaikan suasana, mengakrabkan antar teman dan juga
sebagai ciri khas seseorang atau suatu golongan. Terdapat banyak sekali
perubahan kata dalam bahasa Alay, mulai dari pemenggalan leksem, penyingkatan,
penggunaan huruf kapital yang berlebihan dan juga tanda baca yang tidak pada
tempatnya. Penelitian ini juga menunjukan bahwa banyak
sekali remaja Indonesia yang lebih pandai berbahasa Alay daripada berbahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Kata kunci : Bahasa Alay,
Bahasa Indonesia, Media Sosial, Remaja, Komunikasi.
1. Pendahuluan
Remaja merupakan salah satu aset penting di suatu
negara, apalagi di negara seperti Indonesia. Remaja menjadi harapan masyarakat
untuk meneruskan pembangungan negara, baik itu dalam bidang politik, pendidikan
maupun budaya. Namun, seiring berjalannya dunia modern saat ini, ketertarikan remaja
untuk ikut berpartisipasi dalam kemajuan dan kelangsungan negara semakin
tergerus oleh berbagai pembaharuan dunia, khususnya di bidang teknologi.
Seperti masalah yang akan penulis teliti kali ini, yaitu mengenai besarnya
pengaruh teknologi media sosial terhadap penggunaan bahasa sehari-hari.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan negara
Indonesia, sebagaimana tercantum dalam sumpah pemuda, yaitu kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Namun, sekarang bahasa
Indonesia sudah mulai tergantikan dengan munculnya bahasa-bahasa baru yang
hanya dimengerti oleh kalangan tertentu, akibat terlalu sering menggunakan
media sosial. Bahasa itu kemudian kita kenal dengan istilah bahasa Alay. Bahasa
Alay merupakan bahasa yang tercipta secara tidak sengaja di kalangan remaja
seiring dengan intensitas pergaulan mereka di dunia maya. Hal ini tentu sangat
mengancam keberadaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai alat
komunikasi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah : bagaimana proses kemunculan bahasa Alay
di kalangan remaja Indonesia?; apakah penggunaan bahasa Alay berpengaruh besar
terhadap pemakaian bahasa Indonesia?; bagaimana upaya mengatasi penyebaran
bahasa Alay di Indonesia?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : mengetahui
dan memahami penggunaan bahasa Alay di kalangan remaja Indonesia; mengetahui
dan memahami pengaruh bahasa Alay terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
2. Metode
Pada penelitian kali ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
karena penelitian ini ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini. Sedangkan pendekatan
yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif
dan data dalam penelitian ini merupakan tulisan yang diambil dari akun
facebook dan twitter dengan tetap menjaga kerahasiaan identitas responden. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menganalisis dokumen tertulis dan
melakukan observasi terhadap aktivitas remaja Indonesia khususnya di media
sosial twitter dan facebook.
Penelitian ini dilakukan pada remaja Indonesia yang masih
duduk di kursi SMP dan SMA sekitar usia 12-18 tahun, karena pada usia tersebut
remaja mengalami tahap perkembangan diri yang paling menentukan kepribadiaanya
di masa depan. Data diambil sepanjang bulan Januari 2015 sebanyak 50 (lima
puluh) buah dari akun facebook dan twitter. Selanjutnya, data diidentifikasi
dan dikelompokkan berdasarkan beberapa kelompok, yaitu penyingkatan kata dan
penggunaan huruf kapital yang kurang tepat.
3. Hasil

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

Gambar 5
4.
Pembahasan
Pada era
modern seperti sekarang ini, semakin banyak teknologi-teknologi canggih yang
bermunculan, terutama dalam bidang komunikasi dan sosial. Bisa berkomunikasi
dengan teman-teman sekolah dan orang-orang di belahan bumi lain tentunya
menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para remaja Indonesia sehingga
mereka menggunakan berbagai media sosial yang tersedia. Beberapa diantara media
sosial yang paling banyak diminati oleh kaum remaja adalah facebook dan
twitter. Facebook pertama kali muncul di Indonesia pada tahun 2009 dan langsung
menyedot perhatian masyarakat khususnya remaja. Twitter pun tidak kalah menarik
bagi para remaja.. Bisa dibilang facebook dan twitter merupakan buku penuntun
bersosialisasi di dunia maya karena banyaknya remaja yang tertarik menjadi
penggunanya. Namun, seiring berjalannya waktu, para remaja mulai terpengaruh
dengan penggunaan bahasa pada facebook dan twitter.
Seperti
yang terlihat pada bebarapa potongan gambar pada bagian hasil. Nampak jelas
terjadi banyak sekali kesalahan ejaan maupun tanda baca. Pada gambar 1 sampai 5
dapat dilihat terjadi pemendekan atau singkatan kata yang kurang tepat, seperti
pada kata “mskpn” dan kata “pdaqu” yang sama sekali tidak sesuai dengan EYD.
Penyingkatan kata seperti itu dikenal dengan istilah abreviasi yang berarti penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang
berstatus kata. Selain itu, penggunaan huruf kapital yang tidak
pada tempatnya dan berlebihan juga nampak jelas pada gambar di atas, seperti
pada kata “sMgt” dan “Dlu”. Padahal, huruf kapital seharusnya digunakan sebagai
huruf pertama kata pada awal kalimat ataupun awal kata gelar kehormatan. Lalu
pada gambar 5, tak ada satu pun kata yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
Kemunculan
bahasa inilah yang kemudian kita kenal dengan istilah bahasa Alay. Bahasa Alay
adalah bahasa yang digunakan oleh kebanyakan pengguna media sosial seperti
twitter dan facebook di Indonesia akibat dari keinginan yang sangat besar untuk
disebut sebagai remaja gaul. Kata “gaul” inilah yang kemudian disalahartikan
oleh remaja Indonesia. Salah satunya adalah dengan mengubah gaya bahasa mereka
dan cenderung menciptakan bahasa baru.
Pengakuan
yang dibuat pihak facebook sendiri bahwa facebook merupakan zat adiktif
kumulatif, dimana ketika seorang pengguna telah ketagihan maka mereka tidak
akan pernah bisa berhenti untuk bermain facebook. Banyak aktifitas yang
ditinggalkan dan diganti dengan bermain facebook, seperti bermain dengan teman
sebaya, belajar, beres-beres, dan hal-hal sederhana lain yang seharusnya
dilakukan oleh remaja pada umumnya.
Aziz et
al. (2014:139) mengungkapkan bahwa ada empat tujuan penyempurnaan ejaan,
yaitu :
1.
Menyesuaikan ejaan bahasa Indonesia dengan perkembangan
bahasa Indonesia,
2.
Membina ketertiban dalam penulisan huruf dan
tanda baca
3.
Usaha pembakuan bahasa Indonesia,
4.
Mendorong pengembangan bahasa Indonesia.
Fenomena
kemunculan bahasa Alay yang banyak digunakan oleh kalangan remaja Indonesia
jelas tidak sesuai dengan tujuan di atas, bahkan sangat bertolak belakang.
Inilah yang menjadi kekhawatiran penulis saat ini, karena tidak dapat
dipungkiri dampak negatif dari penggunaan bahasa Alay oleh remaja sudah mulai
terasa. Mereka semakin sulit untuk memahami dan menerapkan bahasa Indonesia
yang baik dan benar dan cenderung menggunakan bahasa Alay dalam berkomunikasi,
baik dengan teman sebaya, maupun dengan orangtua. Hal ini terlihat dari
perkataan-perkataannya lewat media sosial, juga dari cara berbicara remaja
Indonesia saat ini. Penggunaan kata “bingits” dan juga “cemungut” contohnya,
kata-kata tersebut sudah menjadi lazim di kalangan remaja Indonesia saat ini.
Bila
ditinjau dari segi perkembangan diri remaja, hal ini tidak perlu dikhawatirkan.
Seperti yang kita ketahui, remaja sering menggunakan bahasanya sendiri dalam
pergaulan dengan teman. Mereka melakukan hal tersebut agar bisa membuat suasana
lebih akrab, berekspresi diri, dan juga menjadikan ciri khas dalam dirinya yang
berbeda dengan orang lain. Namun, jika dilihat dari segi kebudayaan Indonesia,
hal ini tentu tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena remaja Indonesia sudah
sepatutnya menjalankan kewajiban sebagai penerus bangsa dan jangan sampai
membiarkan bahasa Indonesia terhapus dari pergaulan remajanya.
Oleh karena
itu, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus diterapkan sedini
mungkin, dan harus dimaksimalkan. Misalnya, gantilah bahasa sehari-hari
menggunakan bahasa Indonesia, tetapi tidak perlu baku. Kemudian bahasa
pengantar di sekolah juga sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia, agar siswa
khususnya remaja terbiasa dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Sementara untuk penggunaan akun media sosial, sebaiknya dikurangi
intensitasnya. Hal ini bisa dibantu oleh orangtua dari para remaja dengan cara
mengawasi anaknya agar tidak terlalu sering berkomunikasi di dunia maya,
melainkan berkomunikasi di dunia nyata.
5.
Kesimpulan
Penelitian
ini menunjukan bahwa banyak sekali remaja Indonesia yang lebih pandai berbahasa
Alay daripada berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini memang lazim
dilihat dari perkembangan diri remaja, karena pada umur tersebut remaja masih
belum menemukan jati diri yang sebenarnya, sehingga masih menjadi pengikut
orang lain. Namun, dilihat dari segi kebudayaan Indonesia, penelitian ini juga
menunjukan bahwa bahasa Alay memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
penggunaan bahasa Indonesia yang semakin mengkhawatirkan. Para remaja semakin
sulit untuk memahami Ejaan Yang Disempurnakan karena banyaknya bahasa-bahasa
yang mereka ciptakan sendiri. Oleh karena itu, penggunaan bahasa Indonesia
harus digunakan secara maksimal dan umum, di manapun dan kapanpun.
Upaya
yang dapat dilakukan untuk mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia yang baik
dan benar di kalangan remaja Indonesia misalnya dengan mengganti bahasa
sehari-hari di rumah menjadi bahasa Indonesia, dan bahasa pengantar di sekolah
pun menjadi bahasa Indonesia.
6.
Daftar Pustaka
-
Firman,
Welsi. Dkk. (2014). Taktis Berbahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi.
Bandung : asaupi.
-
Permatasari,
Nanda. (2013). Abreviasi, Afiksasi, dan Reduplikasi Ragam Bahasa Remaja
dalam Media Sosial Facebook. 3-5.
-
Robby.
(2012). “Konsep Dan Macam-Macam Metode Penelitian”. [Online]. Tersedia: http://karobby.wordpress.com/2012/05/12/konsep-dan-macam-macam-metode-penelitian/ yang
direkam pada 12 Mei 2012. [6 Januari 2015].
-
Siregar, A. Ridwan. (2013). “Desain, Format, dan Isi Jurnal
Ilmiah”. [Online]. Tersedia: http://www.slideshare.net/hijirslideshare14/format-jurnal-ilmiah yang direkam pada 16 Juni 2013. [6 Januari 2015].
-
Kasali,
Rhenald. (2011). Cracking
Zone: Bagaimana Memetakan Perubahan Di Abad Ke-21 & Keluar Dari
Perangkap Comfort Zone. Jakarta : Gramedia.
-
Alwi,
Hasan. dkk. (2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar