Selasa, 06 Januari 2015

PENGGUNAAN KATA PANGGILAN YANG DIGUNAKAN PASANGAN KEKASIH DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT INDONESIA - LINNA AMANDA (1405185)

PENGGUNAAN KATA PANGGILAN YANG DIGUNAKAN PASANGAN KEKASIH DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT INDONESIA
Linna Amanda (1405185)
Bahasa dan Sastra Inggris
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK
          Kata panggilan merupakan sesuatu yang relatif antar individu, khususnya antara pasangan kekasih. Kata panggilan digunakan untuk menunjukan kedekatan dan kasih sayang dalam sebuah hubungan. Banyak jenis kata panggilan yang umum dipakai pasangan kekasih di Indonesia, namun akhir-akhir ini marak terdengar kata panggilan yang terkesan tidak pantas untuk digunakan khususnya oleh kalangan remaja. Masyarakat mempunyai banyak tanggapan tentang macam-macam kata panggilan tersebut yang disuarakan melalui berbagai macam media diskusi termasuk melalui forum internet.
Kata kunci: Kata panggilan, relatif, pasangan kekasih, tanggapan masyarakat.

PENDAHULUAN
            Dalam kehidupan bermasyarakat tiap individu mempunyai hubungan yang relatif dalam kedekatan antara satu sama lain. Kedekatan yang dialami antar individu tentunya berbeda untuk setiap orang sehingga bersifat relatif. Hubungan kedekatan yang relatif ini menimbulkan perbedaan kata panggilan atau kata sapaan yang digunakan dalam bersosialisasi. Pengertian Kata panggilan atau kata sapaan menurut Badan Bahasa dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan adalah “kata yang digunakan untuk menegur sapa orang yang diajak berbicara (orang kedua) atau menggantikan nama orang ketiga”.
Kata panggilan ini relatif dengan hubungan antara dua orang atau lebih misalnya hubungan antara rekan kerja, sepasang suami istri, sekumpulan sahabat, dan lain-lain. Hubungan tersebutlah faktor utama dalam kata panggilan. Selain itu kata panggilan juga disebabkan faktor kebudayaan seperti suku dan adat istiadat yang sudah diterima dan ditanamkan oleh masyarakat. Faktor kebudayaan ini menghasilkan banyak perbedaan kata panggilan yang biasanya digunakan dilingkup masyarakat yang tidak begitu luas seperti disuatu daerah atau suatu komunitas budaya. Kata panggilan yang digunakan dalam masyarakat dalam bersosialisasi berubah mengikuti tren sesuai perkembangan zaman. Kata panggilan juga disesuaikan dengan umur seseorang dan ruang lingkup sosialnya.
Di era globalisasi ini banyak pengaruh yang masuk ke berbagai aspek kehidupan masyarakat Indoneisa tak terkecuali kata panggilan. Banyak kata panggilan yang terserap dan tercampur dari bahasa asing beredar dikalangan remaja dan masyarakat di kota-kota besar Indonesia. Biasanya kata panggilan yang baru dan unik menyebar cepat dikalangan remaja anak sekolah dan kuliah yang akhirnya menyebar ke kalangan umum. Tak halnya kata panggilan tersebut banyak yang aneh dan terkesan tidak sesuai seperti kata panggilan yang akan penulis bahas di jurnal ini yaitu kata panggilan dalam hubungan pasangan kekasih di Indonesia yang ternyata mulai terkesan nyeleneh di mata masyarakat.
Belakangan ini  dampak negatif era modern yang telah menyerang adat istiadat ternyata tak luput dari kata panggilan. Dijaman sekarang ini bisa dilihat bahwa banyak kalangan dibawah umur sehingga banyak anak-anak yang berperilaku seperti orang dewasa. Hal ini dapat dibuktikan dari mulai banyaknya anak dibawah umur yang telah menjadi pasangan kekasih dan melewati norma-norma sosial yang tidak pantas dilakukan untuk anak dibawah umur. Dan lagi anak-anak remaja yang sudah mulai memadu kasih tersebut membuat masyarakat memandang buruk kepada mereka karena kata panggilan yang digunakan terkesan tidak pantas. Selain dipakai anak-anak remaja, biasanya kalangan anak muda dari umur 20-25 juga memakai kata panggilan yang sama dan juga terkesan tidak pantas. Maka dari itu disini penulis akan  membahas kata panggilan yang digunakan dalam pasangan kekasih dan pengaruhnya dalam kehidupan bermasyarakat Indonesia.


BAHAN DAN METODE PENELITIAN
            Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Penulis  mengamati dan meneliti sebuah forum sosial budaya yang membahas kasus sosial tentang kata panggilan yang digunakan pasangan kekasih di mata masyarakat Indonesia Forum yang diamati adalah sebuah forum dari sebuah portal internet tabloid berita Indonesia yaitu Detik di bagian forum sosial budaya dan forum dari Kaskus sebuah forum diskusi terbesar di Indonesia.

Forum detik.com dimulai dengan salah satu pertanyaan dan opini yang dijelaskan oleh seorang member beridentitas rosa_rozano seperti berikut Panggilan kesayangan kepada pacar anak ABG jaman sekarang, apa tanggapan kalian? Lalu penulis mengamati dan menganalisa tanggapan dan diskusi yang diberikan oleh member forum yang berjumlah 48 tanggapan. Sedangkan di forum kaskus.co.id dimulai dengan halaman diskusi tentang kata panggilan pasangan kekasih zaman sekarang oleh seorang member beridentitas gwrico dan mendapatkan 2112 tanggapan dari member kaskus.co.id lainnya. Dari diskusi dan tanggapan  para member dua forum inilah penulis mengamati dan menganalisa kasus sosial budaya ini.
HASIL
            Berdasarkan forum kaskus yang telah diamati dan diteliti tentang  panggilan kekasih pada zaman sekarang dapat ditemukan banyak macam kata panggilan pasangan kekasih yang beredar di masyarakat, khususnya remaja. Ada beberapa kata panggilan standar untuk hubungan pasangan kekasih di Indonesia yaitu sayang dan sejenisnya seperti bebeb dari serapan baby, nama masing-masing,  nama panggilan sesuai sifat dan karakteristik pasangan itu sendiri seperti kurus-tembem, dan juga diambil dari pasangan yang ada dianimasi seperti micky-minnie dan olive-popeye. Kata panggilan yang standar tersebut dianggap normal dan dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Sedangkan , ternyata ada beberapa kata panggilan yang aneh dan tidak pantas untuk digunakan oleh sepasang kekasih, khususnya remaja yang masih duduk dibangku sekolah seperti papi-mami / ayah-bunda / abi-umi  yang seharusnya nama panggilan untuk pasangan suami-istri.
Sedangkan di forum detik tentang panggilan kekasih yang digunakan remaja zaman sekarang, tanggapan masyarakat terhadap kasus tersebut bermacam-macam. Tanggapan yang diberikan untuk kasus pasangan kekasih remaja beberapa  ada tanggapan positif namun ditemukan lebih banyaknya tanggapan negatif yang diberikan. Bahkan hampir seluruh dari tanggapan bersifat negatif dan yang bersifat positif hanya karena beranggapan itu adalah hal individu. Tanggapan negatif disebabkan oleh tidak pantasnya subjek yang menggunakan kata panggilan tersebut. Masyarakat berpendapat bahwa pasangan yang masih remaja tidak pantas untuk menggunakan kata panggilan yang seharusnya digunakan oleh pasangan yang sudah menikah seperti ayah-bunda karena terkesan berlebihan dan bahkan menjijikan.
PEMBAHASAN
            Penggunaan kata panggilan antara pasangan kekasih merupakan sesuatu yang biasa di masyarakat Indonesia maupun luar negeri. Kata panggilan tersebut juga sebagai penanda kasih sayang kepada satu sama lain dan juga sebagai penanda untuk status hubungan antara dua orang.
Kata panggilan antar kekasih adalah hal yang biasa untuk digunakan dan didengar orang lain, namun ternyata akhir-akhir ini banyak kata panggilan yang aneh dan tidak pantas beredar dikalangan remaja. Belakangan ini banyak kata panggilan yang tidak didengar dari anak yang masih dibawah umur untuk memanggil pasangannya seperti ayah-bunda dan membuat masyarakat kaget dan jijik. Entah dari mana asal mulanya kata panggilan yang seharusnya digunakan pasangan menikah digunakan oleh kalangan remaja sekarang. Ini bukanlah pengaruh dari negara lain karena di negara lain pasangan kekasih tidak seperti ini melainkan hanya menggunakan kata panggilan standar saja seperti sayang, honey, dan kata-kata manis lainnya. Mungkin kata panggilan yang melewati kodrat tersebut juga sebagai doa agar hubungan pasangan kekasih dapat sampai ke jenjang yang diinginkan. Tapi yang dilihat masyarakat adalah tidak pantasnya subjek yang melakukan dan berpendapat anak remaja zaman sekarang sudah mulai bersifat lebih dewasa dari umur aslinya dari tingkah laku dan perkataan.
Sebagian masyarakat juga menilai bahwa perkembangan kata panggilan yang tidak pantas di kalangan remaja itu merupakan hasil lingkungan sosialnya, bahwa remaja tersebut mendapatkan ide dari orang-orang yang lebih tua dan tidak dapat menyerap dengan baik serta tak ada yang membimbing untuk membenarkan kodrat dalam memakai kata panggilan. Selain itu, masyarakat juga berpendapat bahwa hal tersebut terjadi karena memang remaja tersebut berharap agar mereka dapat menjalani hubungan yang serius dan berjalan lama.
Sebenarnya tidak anak remaja saja yang menggunakan kata panggilan seperti itu, banyak juga orang dewasa yang menggunakannya. Namun masyarakat beranggapan bahwa anak remaja seharusnya masih bermain-main saja dalam hal cinta, tidak terlalu serius karena dimasa remaja memang waktunya untuk mencari jati diri dan mengejar cita-cita.
Masyarakat juga beranggapan  jika didalam hubungan yang masih tanpa ikatan jelas seperti pacaran sebaiknya jangan melakukan dan beranggapan yang dalam seperti kata panggilan yang ayah-bunda. Itu dapat berefek buruk bila hubungan tidak lagi berjalan dan akan  meninggalkan kenangan yang lebih buruk kepada pasangan itu, juga lingkungan sekitar dapat beranggapan bahwa bila suatu pasangan sudah terlalu dalam seperti itu mereka akan lebih berspekulasi yang tidak jelas terhadap mereka.
KESIMPULAN
            Kata panggilan pasangan kekasih dalam kehidupan bermasyarakat Indonesia bermacam-macam. Terdapat kata-kata standar yang dapat diterima oleh masyarakat luas seperti sayang, baby, ndut, dan sebagainya. Namun ternyata di zaman sekarang ini banyak pula bermunculan kata panggilan yang banyaknya beredar di kalangan remaja dan tidak pantas seperti ayah-bunda dan mendapat tanggapan negatif dari masyarakat karena terlalu berlebihan untuk hubungan yang masih tanpa ikatan. Masyarakat beranggapan bahwa dalam menjalani hubungan kekasih sebaiknya jangan terlalu serius, berlebihan, dalam, dan dewasa karena terkesan tidak pantas khusunya untuk kalangan remaja.


DAFTAR PUSTAKA

Roselani, Ni Gusti Ayu. (1991). “Bentuk Sapaan Dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia”. Jurnal Humaniora Universitas Gadjah Mada. 3, 152-151.

Muniroh, Siti. (2009). Aspek-Aspek yang Mendasari Bentuk Sapaan Dalam Komunikasi Antar Budaya”. Jurnal Pendidikan Nilai Kajian, Teori, Praktik, dan Pengajarannya. 17, (2), 143-151.

Sutami, Hermina. (1987). “Kata Sapaan Bahasa Indonesia Khususnya di Jakarta”. Jurnal Lingusitik Universitas Indonesia. 50-66.

Fitriani, Ria. (2014). “Gaya Cinta Pada Remaja Akhir”. Jurnal Online Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. 2, (1), 1-14.

Hamzah, Dr. Zaitul Azma bt Zainon. (2010). “Parameter Kesopanan Dalam Kalangan Kanak-Kanak Dan Remaja: Analisis Pragmatik”. Jurnal Bahasa Universiti Putra Malaysia. 1, 1-4.

1 komentar: